Nakita.id - Pujian biasa diberikan orangtua untuk anak-anaknya bila melakukan suatu hal yang baik atau membanggakan.
Namun, ternyata terlalu sering memberi pujian pada anak juga tak baik, Moms.
#LovingNotLabelling, keseringan memberikan pujian justru bisa berdampak buruk.
Sebagai seorang ibu, dokter Reisa Broto Asmoro mengaku selalu berusaha memotivasi anak untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.
Salah satu caranya dengan memberi pujian.
"Saya sering banget nyebut nyebut anak yang pertama saya anak yang cantik, yang baik, yang pintar," ujarnya pada Nakita.id usai acara Talkshow "How To Be Forever Young" di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (20/9).
Baca Juga: #LovingNotLabelling, Bahaya Sering Berikan Label Pada Anak: 'Anak Pintar' 'Anak Nakal'
Awalnya, dokter Reisa berpikir bahwa pujian-pujian yang ia lontarkan tersebut hanya sebatas motivasi dan doanya sebagai seorang ibu.
Namun lambat laun, pembawa acara Dokter Oz Indonesia ini menyadari bahwa pujian-pujian yang ia lontarkan tersebut justru bisa membatasi anak.
"Awalnya itu hanya doa saya sebenarnya, tapi setelah saya berpikir kembali itu bisa saja menjadi hal yang membatasi dia," ungkapnya.
Dokter Reisa sadar bahwa kebiasaannya tersebut ternyata bisa mengarah ke tindakan labelling.
Ibu dari RR. Ramania Putri Broto Asmoro dan R. Satriyo Daniswara Broto Asmoro ini sadar bahwa labelling tidak hanya berasal dari kata-kata negatif tetapi juga kata-kata positif.
"Memang sebagai orangtua kita menginginkan yang terbaik untuk anak, itu sebabnya kita suka memberikan pujian ketika dia melakukan sesuatu. Tapi akhirnya malah sering kita ucapkan dan menjadi labelling.
Hal tersebut ternyata justru memiliki pengaruh negatif pada perkembangan kualitas dan konsep diri anak.
Terutama jika labelling tersebut tidak sesuai dengan potensi sang anak. Dirinya menjadi tidak tahu kondisi dan potensi yang sebenarnya pada dirinya," tuturnya.
Menurut Mantan Puteri Indonesia Lingkungan 2010 ini pemberian label positif secara sengaja sebenarnya tidak masalah selama hal tersebut tidak membebani sang anak.
"Misalnya ‘Pintar banget sih anak mama’. Ingat, bahwa kata pintar itu luas dan sangat powerful.
Ketika kita menyebutkannya tidak pada waktu dan kondisi yg tepat seperti terlalu sering diucapkan atau pada saat sang anak melakukan hal-hal yg biasa/standard saja tapi pujiannya berlebihan. Nah sang anak akan justru jadi tersesat kalau ia menemukan fakta yg berbeda.
Seperti; ‘Katanya aku kan pinter, kok aku nggak mengerti ya matematika’. Lalu dia murung, malah menjadi tidak percaya diri.
Dan parahnya lagi kalau sampai ia tidak percaya lagi dengan kata2 dari orangtuanya.
Oleh karena itu orangtua harus memberikan penjelasan lebih spesifik dan hanya menempatkan “label” pada saat yg tepat," jelasnya.
Kini, Kepada Nakita.id Dokter Reisa mengungkapkan telah memiliki cara tersendiri untuk memuji anak tanpa memberinya label yang dapat membatasi dan membebaninya.
Baca Juga: Benjol di Sekujur Tubuhnya, Ashanty Dilarang Makan Nasi hingga Jaringan Ususnya Diperiksa
Untuk menghindari efek labelling, Dokter Reisa mengaku hanya memuji anak di saat-saat tertentu.
Misalnya, disaat anaknya telah melakukan sesuatu yang luar biasa yang melebihi standar.
"Jadi sekarang saya ganti saya ubah kalau memang dia hanya melakukan sesuatu yang luar biasa yang melebihi standar baru saya akan berikan pujian yang tepat.
Misalnya, ketika dia sudah berhasil melakukan sesuatu yang melebihi normalnya baru saya akan mengatakan kalau dia itu, 'Kamu pintar' gitu," ungkapnya.
"Jangan sampai hanya karena “label” tertentu, kita justru membatasi minat sang anak, membatasi konsep diri anak dan membatasi cara orang lain memperlakukan anak kita. Jadi Moms, cintai anak kita bukan melabelnya," tegas dokter cantik ini.
Artikel ini sudah pernah tayang di Nakita.id dengan judul #LovingNotLabelling: Dokter Reisa Bagikan Tips Memuji Anak Tanpa Membuatnya Merasa Terbebani
Rekomendasi Sunscreen untuk Si Kecil: Gently Sunscreen SPF50+ PA++++ dengan Serum Anti-Polusi!
Source | : | Nakita.id |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR