Nakita.id - Akhir-akhir ini publik tengah dihebohkan dengan fenomena para artis yang pamer kekayaan lewat isi saldo tabungan mereka.
Mulai dari Barbie Kumalasari, Billy Syahputra, Ria Ricis, hingga Raffi Ahmad seakan tak mau kalah untuk membanding-bandungkan saldonya di ATM.
Ada yang menikmatinya sebagai hiburan, tak sedikit pula yang mengecam aksi ini sebagai perbuatan 'riya' atau sombong.
Bila dilihat dari segi psikologi, ternyata ada hal di masa lalu yang menyebabkan seseorang bisa tumbuh jadi tukang pamer, Moms.
Sebab sifat pamer yang dimiliki orang dewasa tidak berbeda jauh dengan anak-anak.
Seperti dikutip dari laman psikologi 2knowmyself, saat dewasa maupun anak-anak, manusia memiliki persamaan dalam hal keinginan yang mereka miliki.
Satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah bahwa orang dewasa menemukan cara yang lebih rasional untuk memenuhi keinginan masa kecil mereka.
Ketika mendapat nilai bagus di kelas, anak-anak mungkin akan melompat ke atas kursi untuk menunjukkan kepada orangtuanya betapa cemerlang dia.
Ketika anak itu tumbuh besar, dia tidak akan lagi melompat ke atas kursi karena itu secara sosial tidak sopan.
Tetapi sebaliknya dia akan menemukan cara lain yang dapat diterima untuk mengekspresikan keinginannya untuk pamer.
Menurut psikologi, orang cenderung akan memiliki banyak keinginan dalam kehidupan mereka kemudian bekerja untuk memenuhi keinginan ini saat tumbuh dewasa.
Jadi, apa yang membuat Si Kecil menjadi tukang pamer?
Pusat perhatian
Beberapa orang tumbuh menjadi tukang pamer karena terbiasa menjadi pusat perhatian.
Seorang anak tunggal misalnya, yang terbiasa mendapatkan perhatian semua orang tertuju padanya sejak ia lahir.
Maka ketika dia tumbuh dewasa, ia akan melakukan yang terbaik untuk mempertahankan perhatian yang sebelumnya selalu ia dapatkan.
Kemudian ada pula anak bungsu yang saat lahir biasanya akan mengambil semua perhatian orang tua dan kakak-kakaknya.
Agar dapat mempertahankan posisi sebagai pusat perhatian ini mereka belajar bagaimana menjadi orang yang pamer.
Sebab pamer pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan orang ketika mereka merasa bahwa orang lain tidak memperhatikan mereka.
Jadi bertentangan dengan kepercayaan umum, orang-orang yang pamer sebenarnya tidak sombong tetapi mereka hanya membutuhkan cinta dan penerimaan.
Pamer biasanya merupakan hasil dari perasaan tidak aman dan ketakutan.
Kadang-kadang orang bisa pamer untuk mencapai tujuan tertentu meskipun mereka tidak memiliki rasa tidak aman.
Jadi cukup jelas bahwa psikologi pamer dapat berakar sejak anak usia dini.
Sebagai orang tua, sangat penting bagi Moms untuk mendidik diri sendiri tentang faktor-faktor ini sehingga kita membesarkan anak yang sehat secara mental.
Baca Juga: Kritik Artis yang Suka Pamer Saldo ATM di TV dan Media Sosial, Tamara Bleszynski,
Source | : | 2knowmyself |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR