Nakita.id - Walaupun demam berdarah umum terjadi di negara tropis termasuk Indonesia, namun dalam tahapannya menjadi penyakit yang mengancam nyawa.
Tahun 2015 menjadi tahun yang beratm karena Indonesia mengalami peningkatan kasus penderita demam berdarah dengue hingga 129.000 kasus, dengan angka kematian 1.071 jiwa. Hal ini terus meningkat di tahun 2016.
Meningkatnya kasus demam berdarah tersebut disertai dengan kabar gembira dengan masuknya vaksin dengue pertama di dunia.
Setelah melewati proses riset yang panjang, Sanofi Pasteur sebagai salah satu perusahaan farmasi terkemuka asal Prancis, seizin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meluncurkan produk vaksin dengue di Indonesia untuk masyarakat yang berusia 9-16 tahun.
Tapi, tiba-tiba saja vaksin dengue ramai diperbincangkan oleh netizen karena isu kemanannya yang dipertanyakan.
Di negara tetangga, Filipina, pemerintahnya secara resmi telah menghentikan pemberian vaksin dengue yang sebelumnya telah dicanangkan sebagai program nasional.
Baca Juga: Hah! IDAI Tangguhkan Pemberian vaksin DBD. Ada Apa?
Menanggapi kehebohan tersebut, seperti dilansir dari detik.com (8/12-16.35 wib) Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dra Maura Linda Sitanggang, Apt, PhD menyatakan bahwa vaksin tersebut belum terdaftar di Indonesia.
Sudah ada beberapa orang yang mendapatkan vaksin dengue, namun belum banyak, karena hanya tersedia di klinik dan rumah sakit swasta saja.
Sebelumnya diberitakan vaksin dengue dari Sanofi Pasteur telah beredar di 12 negara yang memprioritaskan dengue sebagai prioritas kesehatan masyarakat, yaitu; Meksiko, Filipina, Brazil, El Savador, Kosta Rika, Paraguay, Guatemala, Peru, Indonesia, Thailand, Singapura, dan Bolivia.
Bagaimana menurut Moms & Dads, apakah harus anak-anak kita divaksin dengue?
Source | : | Intisari.grid.id |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR