Pengidap sindrom ini merasa bahwa pencapaian yang mereka raih bukanlah karena kemampuan mereka, tapi semata-mata karena kebetulan.
Gejala yang ditemukan pada pengidap sindrom ini selain mudah cemas dan tak percaya diri adalah depresi ketika gagal memenuhi standar yang ia tetapkan sendiri, dan cenderung menuntut kesempurnaan.
Melansir situs Psychologytoday.com, ada beberapa tips untuk penderita sindrom ini untuk mengatasinya.
Pertama, berbicaralah dengan orang lain tentang kecemasan yang dirasakan.
Baca Juga: Asri Welas Ajak Muridnya Menari untuk Bantu PAUD di Daerah Terpencil
Jika Dads menderita sindrom ini, maka berbicaralah dengan istri atau orang terdekat tentang kecemasan yang dirasakan.
Dads mungkin akan terkejut betapa banyak orang di sekitar yang terkadang juga merasakan hal yang sama.
Kedua, coba buat catatan pribadi tentang keberhasilan yang pernah Dads capai dan pujian yang diterima.
Ketika Dads merasa tidak percaya dan yakin pada diri sendiri atas kesuksesan yang diraih, bacalah catatan itu lagi sehingga Dads sadar bahwa Dads pernah membuat banyak prestasi.
Ketiga, hilangkan sifat perfeksionis yang ada dalam diri Dads, sehingga ketika melakukan sedikit kesalahan atau rencana kurang sesuai harapan, Dads tidak langsung menjatuhkan diri sendiri.
Sindrom ini sering dikaitkan dengan wanita, namun penelitian menunjukkan bahwa pria juga dapat mengalaminya.
Biasanya, orang-orang yang merasa minoritas di lingkungan, entah karena etnis, ras atau jenis kelamin bahkan keadaan sosio-ekonomi, mudah mengalami sindrom ini.
Lewat Ajang Bergengsi Pucuk Cool Jam 2024, Teh Pucuk Harum Antar Anak Indonesia 'Bawa Mimpi Sampai ke Pucuk'
Source | : | hellosehat,psychology today |
Penulis | : | Fairiza Insani Zatika |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR