Nakita.id - Menyekolahkan anak ke luar negeri bisa jadi bumerang bagi orangtua, jika anak tidak dipersiapkan dengan matang dari segi mentalnya.
Seperti dikutip dari Intisari, Novita Tandry, Psikolog Pendidikan Anak sekaligus penulis buku 365 Days of Happy Parenting, menyatakan bahwa sebelum mengirim anak ke luar negeri, anak harus sudah siap dari segala aspek tumbuh kembangnya.
BACA JUGA: Moms Barang-barang Ini Tidak Boleh Dekat Kulkas, Akibatnya Bisa Fatal
Artinya secara mental, fisik, emosional, bahasa, dan spiritual anak mesti siap.
Sebab ancaman di luar negeri terlalu terbuka. Seperti pergaulan bebas dan narkoba merupakan ancaman yang mengerikan.
“Bagian terpenting sebelum mengirim anak kuliah ke luar negeri adalah kematangan anak tersebut,” tegas Novita.
Pertama, kematangan usia, anak harus matang dari segi usia biologis maupun mentalnya.
Ada anak yang sudah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) misalnya, hanya untuk bangun pagi dan mengurus dirinya sendiri saja masih susah.
Model anak seperti itu perlu dipertanyakan, mampukah ia tinggal di luar negeri sana nantinya?
BACA JUGA: Duh, Diduga karena Sering Konsumsi Minuman ini, Anak Tike Priatnakusumah Kena Diabetes
Kuliah di luar negeri membutuhkan disiplin yang tinggi yang disertai dengan konsistensi. Anak harus diajari sejak kecil agar mampu mengurus dirinya sendiri alias mandiri.
Kedua, aspek kematangan anak untuk menghargai kehidupan. Novita mengisahkan mengenai teman anaknya yang sama-sama kuliah di luar negeri.
Selama bertahun-tahun kuliah di luar negeri, si anak ini hanya mengenakan baju sekali pakai saja.
Setelah dipakai, lalu dibuang.
Padahal ia memiliki mesin cuci sendiri.
BACA JUGA: Pola Asuh Ala Orang Jepang Ini Terbukti Membuat Anak Jadi Penurut dan Mandiri
Hal ini, kata Novita, menunjukkan si anak tidak pernah belajar menghargai proses hidup.
Bahwa menghasilkan uang untuk membeli pakaian bukanlah hal yang mudah.
Bahkan mungkin ia tidak pernah berpikir, bahwa ada orang di luar sana yang kesulitan untuk memiliki pakaian.
Karena itu Moms, sangatlah penting untuk mengajari Si Kecil sedari dini untuk menghargai nilai-nilai hidup ini.
Ketiga, anak wajib diajari practical life sejak dini. Sebaiknya anak diajari keterampilan-keterampilan sederhana untuk menolong dirinya sejak kecil.
Di usia dua tahun misalnya, anak sudah diajari untuk memakai sepatu sendiri, mengembalikan mainan ke tempatnya, makan dan minum sendiri, dll.
Dalam hal ini orang tua juga harus konsisten, jangan terlampau memanjakan anak agar ia bisa bertanggung jawab akan dirinya sendiri.
Anak-anak yang dibiasakan untuk menolong dirinya sendiri akan mempermudah dirinya kelak saat ia hidup sendiri.
Keterampilan sederhana tadi juga akan mengajari si anak untuk menghargai proses.
Termasuk dalam proses belajarnya di luar negeri.
Artikel ini sudah tayang di intisari.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Intisari.grid.id |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR