Nakita.id - Tak hanya disajikan untuk sarapan, tetapi telur juga terdapat hampir di semua jenis makanan.
Bagi orang yang menyukai dan tidak alergi telur, mungkin mengonsumsi semua makanan yang mengandung telur akan baik-baik saja, bahkan menyenangkan.
Namun, tidak bagi orang yang memiliki alergi terhadap telur.
Baca Juga: Berita Kesehatan Anak: Inilah Tanda dan Penyabab Alergi Telur, Waspada!
Beberapa bayi dan anak-anak memiliki reaksi alergi terhadap telur yang berbeda.
Jika itu terjadi, mereka tidak bisa makan telur untuk sementara waktu.
Alergi Telur
Ketika Si Kecil memiliki alergi telur, sistem kekebalan tubuh, yang biasanya melawan infeksi, bereaksi berlebihan terhadap protein dalam telur.
Jika Si Kecil minum atau makan produk yang mengandung telur, tubuhnya akan mengira protein ini berbahaya.
Sistem kekebalan merespons dengan bekerja sangat keras untuk melawan protein dari telur.
Ini menunjukan reaksi alergi yang disebabkan telur.
Gejala Alergi
Saat Si Kecil memiliki alergi terhadap telur, beberapa gejala ini akan timbul sebagai reaksi alergi telur :
- kesulitan bernapas
- batuk
- suara serak
- sakit tenggorokan
- sakit perut
- muntah
- diare
- mata gatal, berair, atau bengkak
- gatal-gatal
- bintik-bintik merah
- pembengkakan
- merasa pusing bahkan pingsan
Baca Juga: Berat Badan Naik Saat Hamil yang Tak Wajar Bisa Bahayakan Moms dan Janin?
Beberapa reaksi terhadap telur bersifat ringan dan hanya melibatkan satu bagian tubuh, seperti gatal-gatal pada kulit.
Tetapi jika Si Kecil memiliki reaksi ringan karena alergi telur di masa lalu, reaksi selanjutnya yang ditunjukan bisa lebih parah.
Dalam kasus yang jarang terjadi, seseorang dapat memiliki reaksi alergi sangat serius, yang dapat menyebabkan anafilaksis.
Perawatan medis diperlukan segera karena orang tersebut mungkin memiliki masalah pernapasan dan penurunan tekanan darah.
Anafilaksis diobati dengan obat yang disebut epinefrin yang diberikan melalui suntikan.
Anak-anak yang memiliki alergi parah terhadap telur biasanya alergi tersebut akan terbawa sampai dewasa, maka Ia membutuhkan suntikan epinefrin untuk berjaga-jaga.
Tindakan yang dilakukan dokter
Biasanya dokter mendiagnosis alergi telur dengan tes kulit atau tes darah.
Tes kulit (juga disebut tes awal) adalah tes alergi yang paling umum.
Pengujian kulit memungkinkan dokter melihat dalam sekitar 15 menit jika seseorang peka terhadap telur.
Dengan tes ini, dokter atau perawat akan menempatkan sedikit ekstrak telur di kulit anak tersebut.
Lalu, menusuk lapisan luar kulit atau membuat goresan kecil pada kulit.
Jika daerah itu membengkak dan menjadi merah (seperti gigitan nyamuk), anak itu sensitif terhadap telur.
Mengobati alergi telur
Cara terbaik untuk mengobati alergi telur adalah menghindari makan telur atau konsumsi produk yang mengandung telur.
Moms dan Dads harus membantu Si Kecil menghindari telur.
Juga harus bertindak cepat untuk mengatasi alergi telur yang dialami Si Kecil.
Moms dan Dads dapat mengajarkan Si Kecil untuk melakukan pencegahan agar tidak mengonsumsi telur dengan cara membaca label makanan.
Ajarkan juga bagaimana cara mengatasi alergi yang timbul jika Si Kecil tak sengaja mengonsumsi telur.
Baca Juga: Hentikan Perilaku Ini Jika Moms dan Dads Tidak Mau Si Kecil Berbohong
Konsultasikan ini dengan dokter, dan sampaikan kepada guru di sekolah Si Kecil agar semua daat mencegah dan mengatasi alerginya jika timbul.
Dokter akan memberikan obat yang dapat menangani dengan cepat jika alergi telur tiba-tiba muncul, obat yang diberikan dokter mudah dibawa kemana saja.
Namun, jika alerginya parah, segera bawa Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Buka Cabang ke-14, Nikmati Kelezatan Kuliner di Justus Steakhouse Asthana Kemang
Source | : | kidshealth.org |
Penulis | : | Nur Marufah Saniati |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR