Nakita.id - Henky Solaiman sebut BAB tak lancar jadi pemicu pebyakit mematikan yang menyerangnya
Diberitakan sebelumnya jika aktor senior Henky Solaiman dengan berat hati harus undur diri dari dunia hiburan.
Pasalnya, Henky yang saat ini membintangi sinetron Dunia Terbalik harus pamit setelah ia menderita kanker usus karena ingin fokus menjalani pengobatan.
"Iya sudah 2,5 tahun (main sinetron Dunia Terbalik) antara berat enggak berat ya. Berat itu karena kami sudah kayak keluarga ya, itu beratnya, ada harta terbesar Dunia Terbalik itu diserahkan ke saya, berupa foto-foto," ucap Henky.
Henky pun sempat menyebut jika awal mula ia curiga mengidap kanker ketika mengalami sulit untuk buang air besar (BAB).
Atas kondisi itu, Henky Solaiman pun memutuskan untuk memeriksakannya ke dokter terkait penyakitnya tersebut.
"Setelah diendoskopi itu ternyata ada dua tumor yang menghalangi usus, jadi akhirnya saya mulai terapi," ucap Henky.
Dilansir dari Kompas.com, ternyata susah BAB bisa jadi salah satu pemicu terjadinya kanker kolorektal atau kanker usus.
Seperti diungkap Dr Adil Pasaribu, Sp.B.KBD, dokter spesialis bedah kanker dari RS Dharmais Jakarta, sebagian orang saat ini mengabaikan gejala sakit perut, susah buang besar dan perubahan siklus buang air besar.
Padahal, gejala-gejala itu yang harus diwaspadai karena merupakan bagian dari pertanda adanya penyakit kanker kolorektal.
"Kebanyakan masyarakat tidak menyadari bahwa kanker dapat dipicu oleh gejala-gejala yang dianggap remeh seperti cara diet yang salah yang menyebabkan kebiasaan buang air besar dan sembelit," ungkap Dr. Adil.
Menurut Adil, perubahan siklus buang air besar memang merupakan gejala yang patut diwaspadai dalam mengantisipasi kanker kolorektal.
Perubahan yang tidak wajar atau siklusnya melebihi waktu transit perlu Moms curigai sebagai gejala.
Normalnya, waktu transit yang dibutuhkan makanan dari sejak masuk hingga dikeluarkan lagi melalui anus tidak melebihi 48 hingga 72 jam.
Jika waktunya melebihi angka tersebut, sebaiknya Moms dan keluarga harus berhati-hati dengan kemungkinan terburuk.
Selain perubahan siklus buang air besar, tanda lainnya yang bisa dideteksi sebagai gejala kanker usus besar adalah ditemukannya darah pada kotoran saat buang air besar.
Tanda lainnya adalah penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, rasa sakit di perut atau bagian belakang.
Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar dan tidak ada rasa puas dan kadang-kadang dapat diraba adanya massa atau tonjolan pada perut.
Di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta sendiri, lanjut Adil, kanker kolorektal masuk dalam empat besar dari 10 jenis kanker yang paling banyak dialami para pasien.
Kanker kolorektal banyak menyerang di usia 55-64 tahun, namun saat ini cukup banyak juga usia 35-44 tahun yang telah menderita kanker usus besar dan rektum.
Rata-rata mereka yang berobat menjadi sulit diobati karena sudah dalam stadium lanjut karena terlambat mengetahuinya.
"Oleh sebab itulah, penting artinya untuk mengetahui gejalanya dari awal dan menjaga kesehatan termasuk menghindari gaya hidup yang dapat memicu risiko terjadinya kanker ini seperti pola makan tak sehat, stres, merokok dan alkohol," jelas Adil.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Safira Dita |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR