Sebagai data tambahan, para ilmuwan juga memasang peralatan untuk memantau pergerakan otak para responden saat mereka tidur.
Hasilnya, kelompok pertama mendapatkan manfaat kesehatan fisik dan psikologis yang sangat baik.
Sebaliknya, dua kelompok lainnya merasa sangat buruk sejak malam pertama penelitian.
Setelah malam kedua berlalu, kelompok kedua dengan total tidur 5 jam dan sering dibangunkan, merasa kondisinya paling buruk, baik secara fisik maupun psikologis.
Hasil penelitian ini lalu dipublikasikan dalam jurnal Sleep.
Baca Juga: Merasa Kelelahan Jelang Melahirkan? Begini Cara Mengatasinya
Dalam jurnal tersebut dikatakan, setelah melewati beberapa malam, responden dalam kelompok kedua merasa kurang ceria, kurang ramah, kurang empati, dan lebih mudah lelah.
Para ilmuwan memperkirakan, hal ini disebabkan karena mereka kurang mendapati 'gelombang lambat' saat tidur, yaitu waktu-waktu di mana otot dan otak memasuki fase paling rileks dalam tidur.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR