Nakita.id - Moms, anak berkebutuhan khusus (ABK) jika dilihat secara signifikan merupakan seorang anak yang memiliki gangguan, baik dalam fisik, emosional, mental ataupun sosial, dalam proses pertumbuhannya jika di bandingkan dengan anak lain seusianya.
ABK termasuk anak yang mengalami gangguan perkembangan, kesulitan akademis, keterampilan keseharian dan kemandirian.
Seperti, autisme, attention deficit/hyperactivity disorder, down syndrome, Asperger’s syndrome, pervasive developmental disorder, sensory integration dysfunction, cerebral palsy, kesulitan belajar, keterlambatan wicara, gangguan proses pendengaran dan perilaku.
BACA JUGA: Tanam Tanaman Ini Di Rumah, Niscaya Penghuninya Dijauhkan Dari Stres
Melihat kebutuhannya yang terbatas, seorang ABK membutuhkan pendidikan khusus sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
Atau dengan terapi tertentu dapat pula membantu ABK untuk lebih mandiri.
Sudah banyak terapi untuk mengasah sensorik dan motoriknya, salah satunya dengan Occupational Therapy Games (OTG) atau Terapi Okupasi.
Penekanan terapi okupasi adalah sensomotorik dan proses neurologi (saraf) dengan mengolah, melengkapi dan memperlakukan lingkungannya sedemikian rupa hingga tercapai peningkatan, perbaikan dan pemeliharaan kemampuan anak.
"Okupasi terapi memberikan sistem untuk anak special needs, sesuai dengan kebutuhan masing-masing, jika anak tersebut memiliki masalah di sensori atau motoriknya.
Maka kita memberikan sebuah program terapi sesuai dengan masalahnya," ungkap Inneke, seorang terapis Okupasi, saat ditemui dalam acara World Autism Awareness Bazaar 2018, Sabtu (7/4/2018) di Mayapada Hospital, Jakarta Selatan.
BACA JUGA: [Reportase] Sarapan Pagi, Menjadi Penentu Kecerdasan Otak Anak
Dengan memerhatikan kemampuan dan keterbatasan anak, terapi ini bertujuan membantu tumbuh kembang anak agar tercapai kemandirian dalam kegiatan keseharian, kemampuan rawat diri dan penggunaan waktu luangnya.
Juga untuk mengasah motorik, sensorik juga kognitifnya agar semakin baik.
"Aktivitas okupasi terapi semuanya berfungsi untuk melatih sensorik dan motorik serta kognitifnya juga," tambahnya.
Terapi ini dikemas dengan permainan yang menarik dan pasti disukai oleh ABK.
"Anak special need, rata-rata memiliki masalah dengan keseimbangan, ada permainan Balancing Ring, cara bermainnya anak berdiri diatas papan, anak fokus melihat kedepan, dan melempar ring tersebut.
Dengan begitu, ia terlatih daya konsentrasinya, bisa mempertahankan posisi tubuhnya agar tetap seimbang, bagaimana caranya ring itu masuk ke cone-nya itu," jelas Alumni Universitas Indonesia itu.
BACA JUGA: Tak Hanya Tidak Bisa Diam, ini 7 Tanda Lain jika Anak Alami Autisme
Menurut perempuan berhijab ini, terapi okupasi hanya bisa dilakukan oleh terapis ahli.
"Permainan ini harus didampingi oleh profesional atau okupasi terapis, orangtua anak special needs tidak bisa melakukan program atau aktivitas yang tidak sesuai dengan pola masing-masing anak," kata Inneke.
Terapi ini bukan hanya untuk anak berkebutuhan khusus, tapi juga untuk anak dengan gangguan sensori.
Untuk kemajuan dari terapi ini, Inneke mengatakan semua tergantung dari seberapa sering ABK tersebut melakukan terapi, dan bagaimana ABK menerima stimulasi yang diberikan dalam setiap terapi. (*)
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Fadhila Afifah |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR