Nakita.id - Menyandang status "berkebutuhan khusus" bukanlah hal yang mudah. Anak-anak diciptakan unik, namun mereka harus masuk ke dalam kotak yang telah dirancang masyarakat sebagai standarisasi. Jika anak-anak ini melangkah satu kaki di luar kotak, mereka dianggap berbeda atau dianggap salah. Sebagai jawabannya, mereka akan didiagnosa dan diberi terapi. Sebagai ibu dengan anak berkebutuhan khusus mungkin kita berterima kasih untuk solusi tersebut. Namun di sisi lain juga nelangsa melihat orang salah menanggapi anak kita.
Seorang ibu bercerita tentang putri yang diadopsinya, yang berusia hampir dua tahun. Sebelum proses adopsi itu selesai, anaknya sudah mampu mendengar lebih dari satu bahasa. Butuh waktu lama bagi si kecil untuk memahami bahasa baru selain mengenal keluarga barunya. Karena sulit bagi anak-anak untuk melampaui lebih dari satu tonggak perkembangan pada waktu yang sama.
Dia fokus pada belajar bahasa dan semakin jauh tertinggal dalam pembangunan motorik kasarnya. Keterlambatan perkembangan motorik ini disetujui untuk program terapi di rumah. Selan itu juga sebagai pintu masuk ke dalam prasekolah anak berkebutuhan khusus melalui sistem sekolah umum setempat.
Semua anak dengan kebutuhan khusus diberi perencanaan pendidikan individu (Individualized Educational Plan/IEP) ketika memasuki sistem sekolah umum. IEP adalah program yang dikembangkan untuk memastikan bahwa anak yang memiliki cacat diidentifikasi di bawah hukum, dan menghadiri lembaga pendidikan dasar atau menengah yang menerima instruksi dan layanan khusus. Rencana tersebut meliputi garis besar rinci kebutuhan siswa serta proses langkah-demi-langkah menuju solusi.
Baca Juga: Nawasiana
Kisah seperti ini mungkin sering Ibu dengar. Para guru dan terapis menyerahkan paket tebal yang terdiri atas statistik, grafik, dan daftar periksa. Mereka kemudian mulai memaparkan kondisi putri Ibu yang tidak mampu melakukan sesuatu hal, atau cara dia melakukannya berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Kalau anak lain dapat melakukan A, anak Ibu tidak. Si kecil tampaknya juga tidak memahami B, tidak peduli seberapa keras Ibu mencoba.
Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut para pendidik seperti itu pasti menyakitkan bagi para orangtua. Lalu dalam hati Ibu akan menjawab, "Memori putri saya luar biasa, kasih sayangnya menginspirasi, dan kegembiraannya menular. Apakah itu tidak layak diperhitungkan? Saya tahu pasti perilaku sosialnya saat saya melihat dia berinteraksi dengan teman-temannya dan orang dewasa."
Tapi tak satu pun kebaikan dan kelebihan si kecil dipertimbangkan. Ibu jadi merasa gagal sebagai orangtua, karena dunia akan menilai anak dengan standar yang tinggi dan sama sekali mengabaikan kekuatannya.
Yang perlu Ibu ketahui, sebenarnya tidak semua sistem pendidikan khusus memberlakukan metode ini. Banyak ibu lain yang beruntung memiliki pengalaman hebat dengan program anak berkebutuhan khusus. Kutipan berikut mungkin Ibu butuhkan saat harus memasukkan anak berkebutuhan khusus ke sekolah:
“Sebelum kita memulai pertemuan IEP ini, saya hanya ingin mengambil waktu sejenak untuk memberitahu Ibu betapa menakjubkan anak Ibu. Kita akan banyak bicara tentang semua hal yang tidak bisa dilakukan anak Ibu, tapi saya ingin Ibu tahu bahwa ia memiliki lebih banyak kelebihan daripada kekurangannya. Anak Ibu memiliki kepribadian dengan kekuatan yang membuat dia seperti seorang pria kecil yang mengagumkan dan unik. Jadi, kita akan fokus pada apa yang tidak bisa dia lakukan, tapi itu hanya untuk memastikan bahwa ia memiliki layanan yang tepat untuk mencapai potensi penuh, dan berkembang sehingga menjadi orang yang mengagumkan.”
Dan jika anak Ibu berada di sekolah yang tampaknya tidak mengakui kemampuan dirinya, ingatlah bahwa ada banyak sekolah lain yang siap untuk mencintai dan menerima anak Ibu apa adanya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Meisy Billem |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR