Nakita.id - Kasus bullying atau perudungan seolah masih marak terutama di Indonesia.
Baru-baru ini, kembali jatuh korban akibat pem-bully-an yang terjadi di Malang, Jawa Timur.
Awalnya, aksi bullying tersebut viral karena unggahan akun Instagram @ndorobei beberapa waktu lalu.
Terlihat seorang anak laki-laki merintih kesakitan dan tangan serta jarinya mengalami lebam.
Karena viralnya unggahan tersebut, Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata langsung menjenguk korban dan menyampaikan keprihatinannya.
Korban yang tak disebutkan namanya itu berusia 13 tahun dirawat di Rumah Sakit Lavalette, Malang, sejak Jumat (31/1/2020) lalu.
Melansir dari Kompas.com, Kombes Pol Leonardus Simamarta langsung menindaklanjuti dan akan segera melakukan penyidikan.
"Saya datang langsung ke Rumah Sakit tadi, dan benar korban memang berada di sana tengah menjalani perawatan. Untuk kasusnya sendiri saat ini sedang kami lakukan penyelidikan," ujar Kombes Pol Leonardus Simarmata, mengutip dari Kompas.com.
Seperti yang telah diwartakan akun @ndorobeii, bocah kelas 7 ini mengalami perudungan oleh teman-temannya hingga jari tangan dan kakinya mengalami pembengkakan.
Bahkan, seperti yang dikutip dari Grid.ID, karena bullying tersebut, korban sampai harus menjalani amputasi jari.
"Kita masih dalam tahap penyelidikan. Karena kita belum bisa menyentuh pada para saksi yang ada di sekolah, termasuk juga murid-murid yang terlibat," ujar Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata di Mapolresta Malang, Sabtu (1/2/2020).
Polresta Malang Kota akan menangani kasus dengan berpedoman pada UU No.35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak karena korban dan pelaku dinyatakan masih di bawah umur.
"Kita tindaklanjuti. Untuk pasal, Pasal 80 Ayat 2 karena ini luka berat. Ancamannya juga 5 tahun dengan Rp100 juta," katanya.
Leonardus juga membenarkan bila tindak bullying tersebut sudah terjadi pekan lalu.
Awalnya, korban dan keluarganya mengaku memilih untuk tidak melapor meskipun harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Akan tetapi lambat laun korban justru merasa trauma, terlebih setelah dijenguk.
Bahkan korban hanya bisa menangis karena masih trauma dan kesakitan.
"Kemarin kita sudah besuk di Rumah Sakit Lavallette, menyaksikan bahwa kondisi korban masih sakit. Di beberapa bagian tubuhnya, di bagian pergelangan tangan, pergelangan kaki, juga di bagian punggung belakang masih ada bekas memar," katanya.
Pihak kepolisian juga segera akan menindak guru dan kepala sekolah setempat tentang insiden tersebut.
"Selanjutnya nanti dari pihak sekolah. Mungki dari guru-guru atau kepala sekolah. Otomatis kita panggil orangtua dari yang bersangkutan. Tapi ini karena anak, kita hormati hak-haknya," katanya.
Menanggapi kasus tersebut, kepala sekolah tempat korban mengenyam pendidikan angkat bicara,
Kepala SMPN 16 Kota Malang Syamsul Arifin mengatakan, tindakan bully itu bermula dari gurauan antar siswa.
Ada tujuh orang siswa yang melakukan perundungan terhadap korban.
"Secara kronologi patut diduga ada kekerasan yang terjadi di SMP 16. Tetapi kami masih belum tuntas menyelesaikan hal itu, karena masih berproses," kata Syamsul saat ditemui di Kantor Dinas Pendidikan Kota Malang, Jumat (31/1/2020).
Menurut Syamsul, tindakan kekerasan itu bukan kesengajaan.
"Tapi bergurau seusia anak, karena yang melakukan anak-anak yang tidak punya rekam jejak kenakalan yang sangat keras," kata Syamsul.
"Anak yang jadi korban itu memang anak yang diam sekali. Anak pintar sekali," kata Syamul.
Kontras dengan pernyataan Syamsul, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Zubaidah menanggapi kasus tersebut bukanlah kekerasan seperti yang diberitakan.
Hasilnya, Zubaidah mengatakan, tidak ada kekerasan.
Sebab, pelaku bermaksud bercanda terhadap korban.
"Kesimpulan sementara bukan kekerasan, tapi bercanda," kata Zubaidah.
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Source | : | Kompas.com,Instagram,Grid.id |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR