Nakita.id - Tak jarang Moms mendambakan kulit putih bersih ya?
Segala upaya dilakukan untuk mendapatkan tone kulit idaman.
Di zaman sekarang sederet perawatan kulit juga sangat beragam.
Mulai dari suntik putih atau penggunaan krim yang bisa membantu mencerahkan kulit.
Namun, tentunya kulit cerah berseri tak bisa didapatkan dengan cara yang instan ya, Moms.
Tak jarang pula di pasaran beredar losion pemutih yang menjanjikan bisa membuat kulit putih secara instan.
Tentu hal tersebut membuat sebagain orang tergiur untuk menjajalnya.
Terlanjur termakan iklan tanpa memikirkan dampak ke depannya.
Kulit mulus malah bisa saja rusak gegara krim ataupun losion abal-abal.
Seperti halnya kisah seorang wanita yang dibagikan oleh Dokter Listya Paramita melalui Instagram pribadinya.
Baca Juga: Dihantui Koloni Burung Gagak, Mbak You dan Mbah Mijan Kompak Bagikan Kabar Buruk Soal Tanda Bahaya:
Dalam unggahan tersebut, Dokter Mita membagikan kronologi dirinya mendapati seorang pasien dengan kulit di sekujur tubuhnya yang timbul gurat merah seperti stertch mark.
Usut punya usut, wanita yang identitasnya dirahasiakan tersebut memakai losion yang ia beli secara online.
Dikatakan Dokter Mita, losion yang dibeli mengandung steroid.
Dilansir dari Kompas.com, efek krim kulit yang mengandung steroid ini memang tak langsung muncul pada penggunaan pertama.
"Dia pakai sekitar 3-4 bulan. Sebenarnya memang sudah lama munculnya, awalnya sedikit,” kata Mita.
Melalui Instagram pribadinya, Dokter Mita juga menjelaskan bahwa gurat merah di bagian tubuh yang diolesi losion tersebut tak bisa sembuh total.
"Yang bisa dilakukan: menyamarkan, memperbaiki tampilan, memperbaiki jaringan kulitnya.. tapi TIDAK HILANG TOTAL," tulis Dokter Mita.
Lebih lanjut, Mita menjelaskan agar tak membeli losion sembarangan.
Baca Juga: Menghilang di Acara 40 Harian Mendiang Lina, Sule Sentil Hubungan Teddy dan Mertuanya yang Memanas:
Disarankan untuk selalu mengecek daftar izin edar dari BPOM.
Menyoal merk losion dengan kandungan steroid, Mita menjelaskan hal tersebut hanya bisa dideteksi melalui pemeriksaan laboraturium.
Wah, semoga dengan kasus seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi kita ya.
Source | : | Kompas.com,Instagram |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR