Nakita.id - Moms tentu pernah mendengar nama Diah Kusumawardani Wijayanti.
Diah Kusumawardani Wijayanti merupakan founder dari Yayasan Belantara Budaya Indonesia (BBI) atau yayasan apresiasi anak untuk berkreativitas khususnya dalam bidang tari dan musik.
Diah juga dikenal sebagai fotografer kehamilan dan wakil pemimpin redaksi dalam salah satu media online lifestyle di Indonesia.
Namun terlepas dari semua tanggung jawab dan profesi tersebut, Diah merupakan ibu dari dua orang anak yang bernama Kirana dan Kinanti.
BACA JUGA: Beberapa Fakta Menarik Tentang Bayi Yang Lahir di Bulan April Menurut Riset
Nah, ada yang menarik dari pola asuh yang diterapkan oleh Diah pada kedua anaknya tersebut.
Sebagai ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga, Diah merasa tetap ikut andil dalam membimbing dan mengarahkan kedua anaknya agar menjadi pribadi yang mandiri dan selalu bersyukur di masa depan.
Alih-alih memarahi atau mendikte, Diah lebih memilih 'cerita' untuk medianya dalam menyampaikan nilai-nilai kehidupan tersebut pada kedua anaknya.
“Selalu ada cerita di balik semuanya. Meskipun terlihat sederhana, tetapi cara ini cukup efektif untuk anak-anakku,” tegas Diah.
BACA JUGA: Terlihat Sehat, Tetapi Kondisi Kesehatan Remaja Saat Ini Ternyata Memprihatinkan
Diah pun memberikan contoh ketika ia hendak berangkat ke luar kota untuk pekerjaan.
“Saat saya mau keluar kota saya dudukan mereka berdua, saya kasih pemahaman kalau saya akan pergi ke luar kota.
Jadi mereka akan tidur sama mbah dan mbaknya.
Lalu mereka tanya apakah setelah pulang uang saya lebih banyak dan bisa beli mainan? Saya jawab iya.
Lalu saya tepati, ketika Jumat saya turun dari penerbangan.
Minggunya saya ajak mereka ke mall untuk beli mainan,” jelasnya.
Menurut Diah, penting untuk orangtua menetapi janjinya kepada anak sesederhana apapun janji tersebut.
Sebab dengan begitu anak akan percaya pada orangtua dan menjadi lebih mandiri ketika harus ditinggal kembali.
BACA JUGA: Ingin Turunkan Berat Badan? Atur Ulang Isi Kulkas Menjadi Seperti Ini
Selain itu, membelikan anak mainan seusai pergi bekerja ke luar kota juga membantu Diah mengajarkan anak bahwa segala sesuatu tidak bisa didapatkan dengan mudah.
“Saya kasih pemahaman ke mereka sejak kecil, bagaimana orangtuanya bekerja dan bagaimana mendapatkan uang itu tidak mudah.
Ada pengorbanan, ada waktu yang harus mereka bayar.
Kayak mereka gak ketemu aku 2 hari 3 hari ketika aku bekerja keluar kota.
Jadi ketika mereka dapet mainan itu gak cuma dapet mainan.
Tapi mereka tau ada keringat maminya disitu ada keringat ayahnya disitu, enggak mungkin mereka bisa beli tiba-tiba.
Dengan begitu mereka pun paham bagaimana mencari uang dan bagaimana pemanfaatannya,” ungkap Diah.
BACA JUGA: Cukup 20 Menit, Konsep Bermain Ini Dapat Bantu Si Kecil Lebih Cerdas
Saat kedua anaknya melakukan kesalahan, Diah pun mengaku lebih suka menasihati di dalam mobilnya dibandingkan harus langsung di tempat kejadian.
Sebab ketika di dalam mobil, Diah dapat menasihati kedua anaknya dengan cerita yang ia bangun dari kejadian-kejadian yang terjadi sepanjang perjalanan.
“Misalnya ketika anak-anak makannya gak habis, lalu di jalan kita lihat ada anak yang didorong naik di dalam gerobak.
Saya suka ajak mereka untuk bersyukur bisa makan enak, punya rumah, ber-ac, mobil, bisa keluar negeri dan lain-lain.
‘Makanya kalau makan dihabisin kasian orang-orang yang seperti itu’,’ ujar Diah saat mempragakan nasihatnya kepada kedua anaknya.
BACA JUGA: Ini Risiko Penyakit Pada Bayi yang Lahir dari Ibu Golongan Darah O
Menurut Diah, kejadian-kejadian yang terjadi sepanjang perjalanan seperti itu harus diceritakan pada anak agar mereka benar-benar memahami arti bersyukur.
“Karena bersyukur itu harus dikasih contoh bukan hanya dikasih tau bersyukur-bersyukur-bersyukur. Jadi pengalaman-pengalaman sekelebat yang kita lihat di jalan harus aku deskripsikan dan aku ceritakan ke anak-anak,” tambahnya.
Diah mengaku, media 'cerita' menjadi cara ampuh untuknya dalam menyampaikan nilai-nilai kehidupan.
Tidak hanya nilai-nilai kehidupan seperti mandiri dan selalu bersyukur, tetapi juga untuk hidup dengan sehat seperti tidak makan-makanan siap saji.
"Anak-anakku mengerti untuk tidak makan-makanan siap saji.
Karena mereka tahu kalau itu tidak sehat.
Jadi pilihannya ya mereka mau sakit atau tidak. Itu saja," tegasnya.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR