Nakita.id - "Diakuinya" LGBT atau Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender, langsung membuat banyak Moms khawatir pada lingkungan sosialisasi anak di luar rumah.
Psikolog lulusan UI yang juga pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati, Elly Risman MPsi, mencoba menjawab kekhawatiran Moms.
Penyebab seseorang menjadi LGBT memang kompleks dan kontroversial. Namun, ternyata pola asuh yang dapat membuat anak terhindar dari LGBT.
Baca juga: 6 Fakta tentang LGBT yang Baru Terungkap!
Berikut saran pengasuhan dari Elly Risman agar anak terhindar dari LGBT.
1. Orangtua peduli pada anak
Pola asuh orang tua yang cuek atau bahkan mengabaikan anak akan berpotensi menjadikan anak LGBT.
Khususnya pada anak laki-laki, anak akan menjadi lebih lemah dalam berpikir, memilih, dan mengambil keputusan.
Oleh karena itu menjadi orangtua yang peduli pada anak modal dasar agar anak dapat terhindar dari LGBT.
2. Dads, ikut terlibat pengasuhan yuk!
Moms, otak kiri anak laki-laki ternyata berbeda dengan perempuan.
Menurut penelitian, otak kiri anak laki-laki bisa lebih kuat dibandingkan perempuan.
Namun, tak sedikit orang tua yang kurang tepat dalam mengasuh karena kurangnya kehadiran ayah. Mengapa? Karena ayah bisa mengembangkan otak kiri anak, khususnya anak laki-laki.
Menurut Mezulis, Hyde & Clark keterlibatan ayah dengan bayi dikaitkan dengan lebih sedikitnya masalah perilaku pada masa kanak-kanak nanti.
Pada anak perempuan, keterlibatan ayah memiliki hubungan positif dengan kehidupan berpasangan kelak ketika ia dewasa.
3. Hati-hati jika anak laki-laki terlalu banyak berinteraksi dengan moms
Ketidak hadiran ayah dalam waktu yang lama, atau sering dapat membuat anak tidak punya model identifikasi untuk menjadi lelaki.
Identifikasi seharusnya berupa gambaran mengenai bagaimana ia seharusnya berperilaku, bersikap, dan merasa sebagai laki-laki.
Moms tetap perlu dekat dengan anak laki-laki, namun tetap kenal batasan.
Sebaiknya anak laki-laki tidak usah ikut menemani ke salon misalnya, atau dijadikan tempat curhat bila Moms memiliki masalah dengan Dads.
4. Dads, berikan kasih sayang yang cukup, juga pada anak perempuan
Kurangnya kasih sayang Dads kepada anak perempuan dapat menjadi pemicu awal anak menjadi LGBT.
Kasih sayang yang kurang dari lawan jenis, khususnya Dads dapat membuat anak menjadi lebih nyaman mencari sosok lain. Bila salah memilih sosok, maka anak akan terjerumus.
Pahami bahwa kewajiban Dads bukan hanya mencari nafkah. Lebih dari itu, perannya dalam mengasuh menentukan arah perkembangan dari anak.
5. Tanamkan nilai-nilai agama
Penanaman nilai dalam agama yang dianut menjadi dasar perkembangan moral bagi anak laki-laki maupun perempuan.
Terkadang, orang tua keliru mengajarkan agama pada aspek ritual. Padahal, penanaman nilai-nilai dan perilaku pun penting dilakukan untuk membentengi anak dari berbagai hal negatif, khususnya kasus LGBT.
6. Pembatasan penggunaan gadget
Anak laki-laki menjadi sasaran utama dari pornografi dan narkoba. Mengapa? Karena laki-laki memiliki otak kanan dominan yang lebih mudah fokus, memiliki hormon testosteron atau hormon seks yang lebih, serta penampilan fisik di mana organ vital berada di luar, sehingga lebih mudah distimulasi.
Oleh karena itu, Moms sebaiknya membatasi penggunaan gadget pada anak. Usahakan moms lebih dahulu paham gadget yang digunakan anak.
7. Jauhkan anak dari pornografi
Kini informasi yang mudah diakses dapat menajdi jalan anak mengetahui hal negatif, termasuk LGBT.
Elly berpendapat, terpaan pornografi bisa berujung pada rasa penasaran yang bisa memicunya terlibat dalam fenomena LGBT. Pada akhirnya orangtua hanya dijadikan sesosok penegak hukum, dimana anak bisa menjadi sosok yang berbeda ketika berada di hadapan orang tuanya.
Jadi, moms sebaiknya terus mengawasi anak, terutama dalam hal akses informasi di internet dan penggunaan gadget.
Yuk Moms kita ciptakan keluarga yang tangguh melalui pola asuh tepat.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Source | : | nova.id |
Penulis | : | Anisyah Kusumawati |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR