Nakita.id - Kini kasus covid-19 kian meningkat, bahkan sudah menginjak angka lebih dari 600 kasus.
Tenaga medis pun dikatahui juga terpapar virus corona saat menangani pasien.
Bahkan 3 dokter dinyatakan meninggal dunia akibat penanganan virus corona.
Tak hanya itu, alat pelindung diri atau ADP pun alami kekurangan sehingga membuat tenaga medis semakin riskan terpapar.
Mendengar petugas kesehatan yang tengah berjuang melawan corona, rasa-rasanya kita memang harus memberikan apresiasi besar bagi mereka.
Sebab, hanya ucapan semangat dan terima kasih yang bisa membuat mereka hidup melawan corona.
Ini pun yang dicurahkan Nurul Hidayati (29), yang bertugas menjadi perawat untuk ruangan isolasi corona di RS Raja Ahmad Tabib, Kepulauan Riau.
Lewat sambungan telepon kepada NOVA, ia menangis menceritakan betapa sulit pekerjaannya.
"Ini bukan pekerjaan mudah untuk dilakukan. Ini berat. Saya dihantui rasa takut saat ditugaskan.
"Tapi, ya, memang saya sadar kalau ini adalah tugas saya, demi Indonesia. Saya kuat," katanya dengan suara serak.
Ia memang tidak bisa menolak tugasnya ini.
Mau enggak mau, Nurul memang harus menjalaninya, walaupun sangat berat untuk dilalui, terlebih ia harus meninggalkan ibunya yang sedang sakit jantung di rumah.
“Dia khawatir dengan keadaan saya. Tapi, saya berusaha untuk meyakinkan dia kalau semua akan baik-baik saja. Lalu, mama bilang, ‘Ya sudah, itu memang tugas mu, tapi kabari kami, ya’,” jelasnya.
Tapi, beruntungnya, orangtua Nurul sudah merelakan anaknya pergi bertugas.
“Setiap hari saya selalu telepon orangtua untuk mengabari kondisi saya, agar mereka tidak cemas dengan saya. Setiap hari. Saya juga bilang ke mereka agar mereka tidak keluar rumah, agar tidak terinfeksi,” pungkasnya.
Bukan hanya meninggalkan orangtua di rumah yang membuatnya berat, tetapi juga pekerjaannya sendiri.
"Setiap hari saya harus memakai sepatu boots dan itu berat. Saya juga harus memakai hazmet suit dan kacamata googles. Seragam perlindungan itu membuat saya memang risih. Tubuh saya merasa kurang nyaman memakai baju, karena baju itu sangat panas,” jelasnya.
Suhu udara untuk perawatan pasien corona memang harus dibuat negatif.
Kata Nurul itu untuk menghambat penyebaran virus dan kuman.
Tapi, ruangan itu membuatnya berkeringat dan panas sehingga ia pun risih dengan perlengkapan yang dipakainya.
Cuma ya, hanya itu yang bisa melindungi Nurul dari penyebaran virus.
“Untungnya, pasien saya kondisinya terlihat sehat. Dia juga tenang selama dirawat. Jadi, saya merasa tidak terlalu berat dengan tugas saya ini. Cuma, ya itu, rasa takut akan tertular terus menghantui saya setiap hari, walaupun saya sudah memakai alat perlindungan diri dengan sebaik-baiknya,” jelasnya.
Maka dari itu, di waktu istirahatnya, ia sering mencurahkan hatinya merawat pasien covid-19 di rumah sakit.
Artikel ini telah tayang di Nova.id dengan judul "EKSKLUSIF: Perawat Pasien Corona di Kepulauan Riau Akhirnya Curahkan Hatinya: Ruangan Isolasi Panas"
Source | : | Nova.id |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR