Mereka juga menganalisa faktor-faktor seperti siapa yang paling terpengaruh dan apa jenis intervensiya.
Ada beberapa temuan mengejutkan.
Kesepian dan isolasi sosial tidak serta merta berjalan beriringan.
Julianne Holt-Lunstad dan Timothy B. Smith, peneliti psikologi di Universitas Brigham Young, mengatakan bahwa isolasi menunjukkan sedikit hubungan sosial atau interaksi.
Baca Juga: Lagu Asian Games 2018 Beredar. Penyanyi Rock, Pop, Dangdut Bersatu
Sedangkan, kesepian melibatkan persepsi subjektif tentang perbedaan anatara apa yang diinginkan dengan tingkat kenyataan dalam hubungan sosial.
Dengan kata lain, seseorang bisa terisolasi secara sosial namun belum tentu merasa kesepian.
Seseorang bisa saja merasa kesepian meski dikelilingi oleh banyak orang, terlebih jika hubungan yang dibangun tidak memberi penghargaan secara emosional.
Tidak menikah, misalnya, menjadi risiko yang signifikan.
Meski tidak semua pernikahan itu membahagiakan, Dads perlu menekankan kualitas hubungan dengan Moms, bukan sekadar keberadaan atau kuantitas.
Disarankan kepada orang-orang yang kesepian bahwa mereka harus mencoba untuk berinteraksi lebih banyak dengan orang lain.
Yang juga menarik adalah temuan baru-baru ini yang menunjukkan bahwa kesepian mungkin saja merupakan tanda-tanda praklinis munculnya Alzheimer.
Nah Dads, mulai sekarang yuk tingkatkan kualitas hubungan dan interaksi sosial dengan orang lain, khususnya Moms dan anak-anak, agar tidak merasa kesepian.
(Fairiza Insani Zatika/nakita.id)
Source | : | independent |
Penulis | : | Fairiza Insani Zatika |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR