Risiko pada kesehatan
Kendati demikian, temuan baru ini telah membangun sebuah jalan yang mampu menghubungkan gaya hidup "tak bergerak" dengan meningkatnya risiko penyakit kronis, bahkan kematian dini.
Baca juga: Obesitas Lebih Membahayakan Dibanding Rokok
Sebelumnya, sebuah studi di jurnal Diabetes Research and Clinical Practice menemukan hubungan antara duduk berkepanjangan dan diabetes tipe 2.
Disebutkan, hal itu dipicu kegagalan tubuh menggunakan atau membuat cukup insulin untuk mengubah gula darah menjadi energi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh University Health Network di Toronto menyimpulkan, orang yang duduk terlalu tidak hanya berisiko terkena diabetes, tapi juga penyakit jantung, kanker, dan rentang kehidupan yang lebih pendek.
BACA JUGA: Foto Anak Perempuan Kehausan Minum dari Kubangan Air Bikin Syok Dunia
Orang yang berolahraga berisiko lebih rendah. Namun, para periset mengatakan, aktivitas mereka pun tak sepenuhnya mampu menangkal risiko yang datang karena duduk terlalu lama.
Karena itu, memasukkan jadwal "bergerak" di dalam keseharian Dads tentu akan mengurangi waktu yang Dads habiskan untuk duduk.
"Hal itu otomatis akan menurunkan risiko diabetes, penyakit jantung, atau stroke," kata Barlow.
Ulf Ekelund, profesor di Norwegian School of Sports Sciences, mengemukakan dalil. satu jam latihan adalah awal yang baik bagi mereka yang duduk 8 jam sehari.
Apa pun aktivitas dapat dilakukan, mulai dari berjalan kaki di taman ataupun bersepeda ke kantor.
Dengan kata lain, untuk setiap 4 jam duduk, Dads memerlukan latihan minimal 30 menit.
Ekelund mengatakan, aktivitas itu pun tak perlu dilakukan sekaligus, melainkan dapat disebar sebagai selingan di antara waktu duduk di sepanjang hari.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com
Source | : | kompas.com |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR