Dari sini kita sebenarnya bisa melihat jika buah mangga alpukat sudah menjadi public domain sejak tahun 1994.
Baca juga: Tahukah Kenapa Di Dalam Rumah Ada Debu? Ini Alasan Juga Solsuinya
Asal Usul Buah Mangga Alpukat
Sejatinya mangga alpukat ini adalah Mangga Gadung 21 yang disinonimkan dengan Arumanis 143, karena keduanya mempunyai kemiripan penampakan morfologi.
Karenanya hal ini menyulitkan dalam pemasaran produksi maupun produksi benihnya.
Kedua varietas buah mangga tersebut mempunyai beberapa perbedaan signifikan; Gadung 21 memiliki ukuran buah lebih besar, pangkal buahnya lebih bulat dibandingkan Arumanis 143.
Selain itu Gadung 21 mempunyai kadar pati lebih tinggi (10,27%) dibanding Arumanis 143 (6,83%). Perbedaan ini tentu mempengaruhi perbedaan citarasa antara keduanya.
Pada dendogram hasil analisa DNA, keduanya pun mempunyai jarak yang cukup jauh.
Jadi antara Gadung 21 dan Arumanis 143 mempunyai sifat genetik yang berbeda.
Selain itu mangga Gadung 21 memiliki keunggulan ukuran buah besar, daging buah tebal, kuantitas serat pada daging buah rendah, kadar pati cukup tinggi (10,27 %) dan kadar air rendah (75-77 %) dan rasa manis (TSS 15-21 °Brix).
Karena alasan itulah mengapa mangga Gadung 21 oleh masyarakat di Pasuruan, Jawa Timur, dijuluki mangga alpukat.
Baca juga: Artis Cantik Franda dan Samuel Agendakan Liburan Akhir Tahun di Jepang
Alasannya tidak lain karena karakteristiknya buah mangga Gadung 21, cara makannya bisa dibelah tengahnya, kemudian diputar hingga terbelah menjadi dua, dan dapat langsung dimakan menggunakan sendok seperti makan buah alpukat.
Tapi ingat, supaya bisa dimakan degan cara seperti itu, buah mangga Gadung 21 alias mangga alpukat harus dipanen masak pohon.
Source | : | Antara,Litbang pertanian |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR