Nakita.id - Gelombang kedua virus corona sedang ramai menjadi bahasan.
Hal ini karena beberapa ahli menyoroti kasus positif Covid-19 yang semakin hari semakin banyak.
Meski sudah mencapai ribuan korban, salah satu ahli mengatakan bahwa virus corona di Indonesia belum sampai pada tahap puncak.
Bahkan ahli tersebut mengatakan, pandemi virus corona di Indonesia bisa saja mengalami gelombang kedua.
Baca Juga: Anak Tak Suka Makan Sayur dan Buah? Yuk Coba dengan 8 Cara Berikut
Menurut penjelasan ahli, gelombang kedua tersebut terjadi saat puncaknya nanti sudah lewat dan korban menurun.
Di kala Tanah Air sedang ketar-ketir menghadapi virus corona, kini kabar kurang enak justru datang dari China.
Mengutip dari Tribun Mataram dari Reuters setelah dikabarkan sempat menurun dan tidak ada penambahan kasus, kini ratusan orang kembali terkonfirmasi positif virus corona.
Tercatat, ada penambahan sebanyak 108 orang per (16/4/2020) di China, di mana sebagian besar pasien baru adalah orang-orang yang baru pulang dari negara lain.
Hal ini tidak lain karena pencabutan lockdown dan aturan yang mulai diperlonggar karena sebelumnya tidak ada kasus baru.
Dilansir dari Worldofbuzz pada Senin (6/4/2020) lalu, salah satu pakar kesehatan dari China sebut virus corona masih mengintai negara tersebut.
Dalam waktu seperti ini ia bahkan menyebutkan bahwa babak baru virus corona sedang berlangsung di luar negeri.
Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, bahkan mengatakan bahwa negara itu masih belum melihat akhir dari pandemi ini.
“China tidak mendekati akhir tetapi telah memasuki tahap baru (gelombang kedua)."
"Dengan meluasnya epidemi (secara) global, China belum mencapai akhir dari virus corona.”
Di Indonesia sendiri, seorang peneliti Epidemiologi, kandidat doktor dari Griffith University Australia, Dicky Budian menjelaskan kalau gelombang kedua akan menyerang sampai 90 persen penduduk yang belum terpapar.
"Gelombang kedua biasanya menyerang hingga 90 persen penduduk yang belum terpapar tadi," kata Dicky dikutip dari Kompas.com, Rabu (15/4/2020).
Dicky mengungkapkan, gelombang kedua mempunyai masa jeda yang relatif jauh dengan puncak gelombang pertama, bisa memakan waktu sebulan atau lebih.
Seperti halnya di China, gelombang kedua terjadi karena adanya orang dari luar wilayah atau negara yang membawa virus dan menularkan kembali ke populasi yang lainnya.
"Dalam kasus China diduga pembawanya adalah penduduk China yang kembali ke negaranya," jelasnya.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com,Reuters,World of Buzz,Tribun Mataram |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR