Nakita.id - Selasa (21/4/2020) kemarin, Presiden Joko Widodo akhirnya mengeluarkan larangan mudik di tengah pandemi corona.
Keputusan ini diambil demi untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
Ketika berita ini ditulis, jumlah kasus virus corona terkonfirmasi di Indonesia adalah 8.211 orang, mengalami kenaikan 436 kasus dari hari sebelumnya.
Hanya saja, jumlah pasien sembuh terus meningkat menjadi 1.002 orang sementara jumlah korban meninggal dunia 689 orang.
Pemberlakuan larangan mudik sendiri sudah dimulai kemarin, Jumat (24/4/2020) dengan pembatasan angkutan darat, laut dan udara.
Tak cuma itu, pemerintah juga memberikan sanksi dengan meminta pemudik putar balik hingga menjatuhkan denda.
Melansir dari Wartakota, ada kisah pilu dari seorang pemudik yang ingin kembali ke kampung halamannya tapi justru tertahan di bandara.
Perempuan bernama Nunik tampak duduk dan menangis di ruang tunggu Terminal 2 Keberangkatan Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, pada Jumat kemarin.
Ia tak kuasa menahan tangis memikirkan cara kembali ke kampung halamannya.
Air mata Nunik semakin mengalir deras ketika bercerita dirinya dan sang suami, Basuki, gagal berangkat mudik.
"Saya mau pulang ke Lampung, tapi penerbangannya enggak bisa," ujar Nunik tampak muram saat dijumpai Warta Kota di Bandara Soetta, Jumat (24/4/2020).
Nunik dan sang suami yang sudah membawa banyak barang untuk mudik mengaku kecewa atas hal ini.
"Saya bingung pulang harus gimana," ucapnya terdengar suaranya bergetar.
Nunik mengungkapkan, dirinya saat itu memang tengah berdagang batik. Sehingga memutuskan untuk keluar dari kampung halamannya.
"Saya kepikiran anak-anak di kampung. Anak saya ada tiga, makanya enggak tahu mau gimana ini caranya untuk pulang," katanya, lirih.
Ungkapan kekecewaan juga dilontarkan sang suami, Basuki ketika mendapati penerbangannya dibatalkan tanpa pemberitahuan.
"Saya sudah terpaksa beli tiket. Diganti oleh maskapai, tapi dalam bentuk voucher. Voucher itu baru bisa digunakan sesudah enam bulan dari sekarang," ungkap Basuki.
"Bingung gimana pulangnya. Jalur darat mau lewat Merak katanya ditutup. Lewat jalur udara juga naik pesawat enggak bisa terbang," paparnya.
Nunik pun diserang rasa khawatir memikirkan nasibnya harus bertahan di Ibu Kota di tengah-tengah kondisi pandemi corona.
"Kalau kami enggak bisa pulang terus mau tidur di mana? Di hotel kan mahal. Belum lagi makannya. Ini saja terpaksa naik pesawat bayar tiket Rp 850.000. Tapi malah enggak bisa terbang," tutur Nunik.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | wartakota.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR