Tjek Ban Tjut memperoleh gelar Pangeran Adiguna sebagai penghargaan atas jasanya dalam membangun masjid.
Arsitek ketiga adalah seorang Belanda yang kabur dari Batavia ke Banten, Hendrik Lucaz Cardeei.
Arsitek berstatus mualaf tersebut memberikan pengaruh pada bentuk menara layaknya mercusuar di Negeri Kincir Angin.
Lucaz pun mendapat gelar kehormatan Pangeran Wiraguna.
Dahulu, menara tersebut digunakan sebagai tempat untuk melakukan adzan.
Ciri khas lainnya adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima yang menyerupai pagoda China hasil desain seorang arsitek Cina bernama Tjek Ban Tjut.
Selain menara, terdapat sebuah konstruksi tembok persegi delapan yang dikenal dengan nama istiwa, bencet atau mizwalah yang digunakan sebagai pengukur waktu dengan memanfaatkan bayangan akibat sinar matahari.
Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.
Bangunan masjid ini ditopang oleh dua puluh empat tiang (soko guru), empat tiang utama terletak pada bagian tengah ruangan.
Pada bagian bawahnya terdapat empat buah umpak batu berbentuk buah labu.
Nah itulah ringkasan materi Masjid Agung Banten program belajar dari rumah TVRI Senin 27 April 2020.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | tribunnews |
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR