Nakita.id - Sudah menjadi rahasia umum jika tempat travel yang menarik adalah tempat yang menyuguhkan pemandangan dan juga bangunan yang fotoable.
Begitu juga salah satu bangunan di kawasan Sayidan, Yogyakarta ini.
Baru-baru ini bangunan Gereja Gothic di Sayidan, Yogyakarta memiliki arsitektur bak bangunan di Eropa.
Gereja Gothic sendiri sebenarnya merupakan sebutan dari masyarakat sekitar.
Pada dasarnya bangunan tersebut bukanlah bangunan gereja melainkan bangunan tua yang merupakan rumah pribadi.
Masyarakat kemudian menyebutnya gereja karena arsitekturnya mirip seperti bangunan gereja.
Belum diketahui siapa pemilik rumah megah itu, namun disinyalir pemiliknya adalah seorang keturunan Tionghoa.
Masyarakat bahkan pengunjung menetapkan bangunan tersebut sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan.
Baca juga: Tak Pilih Kasih terhadap Anak, Sikap Ashanty Ini Bikin Warganet Kagum
Berbagai macam versi cerita baik cerita misterius dan mistis dibuat oleh masyarakat sekitar agar bangunan tersebut tetap lestari dan tidak dijamah secara langsung oleh pengunjung.
Pengunjung hanya diperbolehkan datang dan berfoto di luar bangunan dan diharapkan untuk tetap menjaga sopan santun dimanapun mereka berada.
Sehingga rasa penasaran pengunjung terhadap bangunan tersebut hanya dapat dipendam dan tidak dapat terjawab secara pasti.
Gereja Gothic ini berdiri pada zaman Hindia Belanda, terlihat dari arsitekturnya yang bergaya Eropa kuno.
Bangunan tersebut juga memiliki dinding yang kokoh dan tinggi layaknya bangunan di Eropa untuk menjaga pemilik rumah tetap hangat saat musim salju.
Bangunan gereja Gothic berada di dekat Polsek Gondomanan, Yogyakarta.
Di samping pintu bangunan tersebut terdapat ukiran nama "Ullen Sentalu" yang memiliki arti dalam bahasa Jawa Ulating Blencong Sejatine Tataning Lumaku, yang artinya Pelita Hidup Bagi Perjalanan Manusia.
Baca juga: Ultah Pertama Si Kecil, Hanum Rais Tanamkan Sikap Peduli Lewat Berbagi
Bangunan ini dulunya dimiliki oleh keluarga Haryono, pemilik sebuah museum batik Ulen Sentalu, di daerah Kaliurang. (*)
(Cynthia Paramitha Trisnanda / Nakita.id)
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR