Nakita.id - Akibat wabah virus corona di Indonesia membuat sebagian besar sektor merasakan dampaknya.
Sektor yang paling merana saat ini adalah sektor perekonomian yang sempat mengalami penurunan secara drastis.
Banyak pula masyarakat harus terkena badai PHK akibat dari wabah virus corona ini.
Hal tersebut membuat pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan, salah satunya adalah memberikan bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat.
Namun, lagi-lagi bantuan sosial tersebut kerap kali menuai banyak kontroversi.
Mulai dari banyaknya data yang salah sasaran, warga yang tak puas dengan isi bantuan, dan masih banyak lagi.
Bahkan kabarnya di DKI Jakarta, ada salah satu nama anggota DPR justru tercantum dalam data pembagian bantuan sosial.
Hal tersebut tentunya sangat ramai diperbincangkan oleh masyarakat karena datanya yang dinilai tak tepat sasaran.
Nah untuk meminimalisir kesalahan data, dan tidak terjadi lagi salah sasaran akhirnya Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan program Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB).
Program tersebut sengaja dibuat Anies untuk mengajak para pengusaha, dan masyarakat yang hidupnya kecukupan untuk saling membantu sesama.
Anies Baswedan pun menjamin untuk mekanisme penyalurannya tentunya sesuai dan diberikan kepada orang yang memang benar-benar membutuhkan.
Anies pun mengatakan, terkait dana yang berhasil dikumpulkan dari program KSBB ini nantinya dikelola dengan baik.
"Justru itulah yang ke satu saat pemillihan agregator. Agregator itu adalah orang-orang yang mengumpulkan sumbangan yang jumlahnya kecil kemudian dikumpulkan kemudian disumbangkan. Pemilihan itu dilakukan oleh institusi yang terbukti mengelola dana sumbangan sosial dengan baik," ungkap Anies dalam akun Youtube KompasTv.
Anies pun mengungkapkan, masyarakat yang nanti membantu melalui program KSBB akan mengetahui jelas uang yang disumbangkan akan dialirkan kemana.
Anies pun berterus terang, dengan adanya program ini maka lebih bisa dipastikan bahwa memang bantuan benar-benar sampai pada masyarakat membutuhkan.
"Cara yang kedua adalah, di lapangan eksekusi maka, prosesnya semua akan dilaporkan kepada donor termasuk deliverynya, lokasinya, maka itulah kenapa mereka bisa memilih lokasi bisa dicek juga, jadi bisa kirim orang untuk mengecek diterimanya berapa, kenapa? karena kita tahu lokasinya, akan berbeda jika kita hanya sekedar menyumbangkan Rp. 50 juta tanpa tahu mau kirim kemana, kalau ini bisa tahu dengan cara seperti itu maka pendonor atau mereka yang dermawan tahu persis bahwa uangnya sampai kepada yang membutuhkam," tutup Anies.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR