Nakita.id - Kabar duka datang dari dunia musik Indonesia.
Indonesia kembali kehilangan sosok legendaris campursari.
Didi Kempot, di usia 53 tahun, ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Kasih Ibu, Surakarta.
Diduga, pria yang mendapat julukan The God Father of Broken Heart ini meninggal akibat serangan jantung.
Didi Kempot kembali menjadi bintang di masa sekarang karena lagu-lagunya yang sangat mewakili perasaan kaum muda yang biasa galau.
Lagu-lagu Didi Kempot yang melegenda dan selalu dinikmati ini mendapat tempat di hati para penikmatnya.
Mulai berkarier di era 90an, siapa sangka pria yang memiliki nama asli Dionisius 'Didi' Prasetyo ini memiliki cerita tersendiri terkait nama Kempot yang ia gunakan sebagai nama panggungnya.
Nama Didi Kempot ternyata bukanlah sembarang nama yang ia gunakan sebagai nama panggung.
'Kempot' di belakang namanya ini ternyata syarat akan makna perjalanan hidup bermusik Didi Prasetyo.
Dilansir dari kanal Youtube Gofar Hilman pada 2019 silam, Didi Kempot menceritakan awal mula ia memakai nama Kempot di belakang namanya.
"Ngamen di jalanan sebelum saya kenal rekaman, saya ngamen di Keprabon dulu pertama kali. Di Solo ada tempat nasi liwet Keprabon, habis itu kami hijrah ke Jakarta coba-coba nasib kumpul di Bundaran Slipi dulu. Di situlah kami buat komunitas, timbullah Kelompok Penyanyi Trotoar," ungkap Didi Kempot.
'Kempot' di sini memiliki kepanjangan Kelompok Pengamen Trotoar.
Karena mengawali bermusik dari trotoar, Didi Kempot akhirnya menyematkan Kempot di belakang namanya.
Dari trotar Jakarta, Didi Kempot akhirnya bisa menciptakan 800 lagu selama ia berkarier.
"Saya sudah menciptakan sekitar 700 sampai 800 lagu," kata Didi Kempot.
Bahkan, Didi Kempot "dinobatkan" oleh penggemarnya sebagai Bapak Patah Hati Nasional atau lebih dikenal dengan sebutan The God Father of Broken Heart.
Julukan ini muncul karena hampir sebagian lagu yang diciptakan olehnya bertemakan patah hati, kesedihan, penantian, dan kehilangan.
Sebut saja lagu lawas Stasiun Balapan yang menceritakan sepasang kekasih yang berpisah di Stasiun Balapan Kota Solo, atau lagu Cidro yang menceritakan seseorang yang patah hati karena beda kasta.
Serta sederet lagu lainnya yakni, Sewu Kuto, Suket Teki, Pamer Bojo, Banyu Langit, Pantai Klayar, Layang Kangen, serta ratusan lagu lainnya yang sebagian besar menggunakan bahasa Jawa.
Hal ini membuat karya-karyanya tidak hanya enak didengarkan, tetapi juga terasa dekat di hati banyak orang yang mengalami kisah serupa.
Lagu berjudul "Pamer Bojo" yang telah dirilis di tahun 2016 kembali melejit di dunia musik Tanah Air pada tahun 2019.
Didi pun kian tenar di kalangan anak-anak muda.
Anak muda yang sebelumnya malu-malu untuk mendengarkan campursari kini tanpa ragu lagi menjuluki diri mereka sebagai Sobat Ambyar.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR