Nakita.id - Bak duet maut, di tengah pandemi virus corona, BMKG memberikan wanti-wanti soal kemarau panjang.
Seperti diketahui, saat ini memasuki masa peralihan cuaca di Indonesia.
BMKG menegaskan adanya kemungkinan kemarau panjang yang bakal melanda Tanah Air.
Dilansir dari Kompas.com, puncak kemarau di Indonesia berada di bulan Agustus.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin mengatakan bahwa awan musim kemarau sudah mulai tampak pada Mei 2020 ini.
"Awan musim kemarau tahun ini sebagian besar sudah mulai menjelang di awal Mei ini.
"Kami prediksi, puncak kemarau tahun ini adalah di bulan Agustus dengan frekuensi jumlah wilayah antara lebih dari 64 persen," kata Saepudin dalam konferensi pers online bersama BNPB, Jumat (8/5/2020).
Lebih lanjut, BMKG juga menegaskan ada potensi kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah.
Bukan tanpa alasan, sejumlah daerah tersebut diprediksi bakal mengalami kemarau lebih kering dari kondisi normal.
Mana saja daerah tersebut?
Dijelaskan bahwa daerah yang berpotensi terjadi karhutla adalah di Pulau Sumatera
Mulai dari Riau, Jambi, hingga Sumatera Selatan.
"Daerah rawan karhutla di wilayah Sumatera, yang relatif curah hujannya menengah sampai rendah itu dimulai dari Juni hingga September," jelas Saepudin.
Selain itu, daerah Kalimantan juga diprediksi mengalami hal serupa.
Di Kalimatan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan terutama yang berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca Juga: Muncul Banyak Cacing di Solo dan Sekitarnya, BMKG Benarkan Jadi Pertanda Gempa dan Tsunami
"Untuk wilayah Kalimantan yang perlu diwaspadai antara kisaran Agustus dan September itu curah hujan menengah sampai rendahnya signifikan," jelas Saepudin.
BMKG juga menyarankan untuk melakukan pencegahan karhutla dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
"Kami merekomendasikan jika diperlukan TMC dalam kondisi karhutla ini maka waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut adalah saat periode peralihan musim hujan ke musim kemarau," jelas Saepudin.
Teknologi modifikasi cuaca paling tepat dilakukan pada saat periode peralihan musim hujan ke musim kemarau.
Bukan tanpa alasan, dijelaskan oleh pihak BMKG karena saat ini bibit awan masih banyak.
"Karena bibit hujan masih banyak jadi masih dapat disemai untuk jadi hujan untuk membasahi lahan gambut," tutup Saepudin.
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR