Nakita.id - Presiden Joko Widodo merasa ketar-ketir dengan adanya kepulangan dari pekerja migran asal Indonesia ke tanah air.
Jokowi khawatir kepulangan para pekerja migran akan menyebabkan terjadinya gelombang kedua pandemi virus corona.
Pada bulan Mei dan Juni kurang lebih ada sekitar 34.000 pekerja yang akan pulang ke Indonesia.
34.000 orang tersebut berasal dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia terutama pulau Jawa.
"Pada bulan Mei dan Juni ini, diperkirakan kurang lebih 34.000 pekerja migran Indonesia yang kontraknya berakhir, dan mereka akan pulang ke Indonesia. Para pekerja tersebut di antaranya berasal dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatra Utara, Lampung, hingga Bali," tulis sang presiden dalam akun Instagramnya @jokowi.
Untuk mencegah terjadinya gelombang kedua, Jokowi akhirnya bongkar hal yang akan ia lakukan.
Jokowi mengakku, akan menyiapkan para pekerja migran berbagai jalur transportasi untuk mengantarkan mereka sampai di kotanya masing-masing.
Maskapai penerbangan pun sengaja dibuka dan longgarkan agar para pekerja migran bisa tetap pulang ke rumah.
Pelonggaran PSBB dan pengoperasian kembali transportasi menjadi salah satu kebijakan pemerintah agar para pekerja migran bisa tetap pulang di tengah pandemi.
"Pemerintah menyiapkan pintu masuk bagi mereka melalui sejumlah jalur. Melalui jalur udara di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai, jalur laut melalui Pelabuhan Benoa dan Tanjung Priok, serta melalui Batam dan Tanjung Balai bagi pekerja migran dari Malaysia," tambahnya.
Ta hanya membuka jalur transportasi, Jokowi juga mewajibkan anak buahnya untuk mengawal kepulangan para pekerja migran.
Bahkan sang Presiden pun mengatakan, kepulangan para pekerja migran harus disertai dengan protokol kesehatan yang ketat.
Para pekerja migran juga nantinya diwajibkan untuk karantina terlebih dahulu.
"Skema kepulangan mereka harus melalui protokol kesehatan yang ketat dan diikuti dengan kesiapan fasilitas karantina yang diperuntukkan bagi para pekerja migran Indonesia tersebut," tutupnya.
Source | : | |
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR