Nakita.id - Berbagai pekerjaan yang paling mudah dan juga paling sulit selalu ada peminatnya.
Semua orang membutuhkan pekerjaan baik itu di dalam instansi pemerintahan, menjadi pegawai swasta, maupun berwiraswasta.
Tahukah Moms, di dunia ini ada pekerjaan yang paling menjijikkan dan aneh?
Beberapa pekerja wanita memiliki pekerjaan sebagai pencium ketiak di suatu perusahaan.
Terdengar aneh, namun pekerjaan ini benar-benar ada dan para pekerjanya ternyata menyukai pekerjaan yang ia lakukan.
Pekerjaan ini tidak dilakukan oleh sembarang orang, hanya mereka yang terpilihlah yang mampu melakukan pekerjaan ini.
BACA JUGA: Ini Tips Supaya Minyak Goreng Nggak Cepat Bau jadi Bisa Digunakan Lagi
Para pekerja ini biasanya dipekerjakan di sebuah perusahaan deodorant untuk memastikan bahwa produk deodoran yang akan dipasarkan memiliki aroma efektif untuk mengatasi bau ketiak konsumen.
Hanya yang memiliki indera penciuman tajam yang mampu bekerja di tempat ini.
Pekerja di perusahaan ini memiliki tanggung jawab yang besar atas hasil pekerjaannya.
Jika salah satu produk dinilai gagal, artinya perusahaan juga akan memberikan nilai yang buruk bagi pekerjanya.
Dalam sehari, seorang pekerja dimungkinkan untuk mencium hingga 60 ketiak orang yang tidak ia kenal untuk memberikan laporan kepada perusahaan tentang keefektifan produk.
Tak jarang mereka mencium ketiak orang yang sedang sangat berkeringat karena sampel orang yang akan diteliti diambil secara acak oleh perusahaan.
Mengingat besarnya tanggung jawab pekerja di perusahaan ini, gaji yang didapat juga tak main-main.
Beberapa perusahaan konon mampu memberi gaji terhadap pekerjanya hingga Rp 56 juta per bulan.
Wuih, sangat besar ya, Moms?
Para pekerja ini biasanya dipekerjakan di perusahaan deodoran dan parfum seperti Rexona, Dove, Impulse, dan lain-lain.
BACA JUGA: Bikin Nangis! Isi Pesan Ayudia Bing Slamet untuk Si Kecil Sekala
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | Daily Mail |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR