Penemuan itu bisa dinamai Tanda Gabrin, setelah dokter AS pertama yang meninggal karena penyakit di AS, Dr Frank Gabrin - seorang pria botak.
Profesor Carlos Wambier, penulis utama studi utama di balik penemuan dari Brown University, Amerika Serikat, buka suara.
Ia mengatakan kepada The Telegraph: "Kami benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor keparahan yang sempurna."
Sebelumnya telah dilaporkan bahwa data menunjukkan bahwa laki-laki yang jatuh sakit gegara Covid-19 lebih mungkin meninggal dibandingkan perempuan.
Di Inggris, sebuah laporan minggu ini dari Public Health England menyatakan bahwa pria usia kerja dua kali lebih mungkin meninggal karena virus.
"Kami pikir Androgen atau hormon pria jelas merupakan pintu gerbang bagi virus untuk memasuki sel kita," tambah Prof Wambier.
Profesor tersebut telah memimpin dua studi di Spanyol.
Dengan keduanya menemukan jumlah pria dengan kebotakan pria yang tidak proporsional dibawa ke rumah sakit dengan penyakit mematikan.
Baca Juga: Bongkar Jenazah Pasien Pasitif Corona, Ilmuwan Temukan Hal Mengerikan Ini pada Tubuh Korban, Apa?
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Warta Kota |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR