Nakita.id - Semenjak pandemi corona melanda dunia, banyak penelitian yang mengungkap siapa saja yang berpeluang besar terpapar Covid-19.
Pada umumnya, Covid-19 memang tak pandang bulu.
Namun, kali ini ada penelitian terbaru mengenai pria dengan kepala botak yang lebih berpotensi meninggal gegara Covid-19.
Kenapa pria botak lebih berisiko meninggal terkena virus corona?
Baca Juga: Bisa Jadi Tak Disadari, Berikut Gejala Infeksi Virus Corona dari Ujung Kaki Sampai Mata
Jawabannya, karena hormon yang dimiliki pria botak membantu sel-sel virus melakukan serangan.
Demikian kesimpulan para ilmuwan di Amerika Serikat.
Dailymail melaporkan, Hormon Androgen, yang menyebabkan kerontokan rambut pada pria.
Hal tersebut juga telah dikaitkan dengan beberapa kasus terburuk Covid-19 di rumah sakit Spanyol.
Penemuan itu bisa dinamai Tanda Gabrin, setelah dokter AS pertama yang meninggal karena penyakit di AS, Dr Frank Gabrin - seorang pria botak.
Profesor Carlos Wambier, penulis utama studi utama di balik penemuan dari Brown University, Amerika Serikat, buka suara.
Ia mengatakan kepada The Telegraph: "Kami benar-benar berpikir bahwa kebotakan adalah prediktor keparahan yang sempurna."
Sebelumnya telah dilaporkan bahwa data menunjukkan bahwa laki-laki yang jatuh sakit gegara Covid-19 lebih mungkin meninggal dibandingkan perempuan.
Di Inggris, sebuah laporan minggu ini dari Public Health England menyatakan bahwa pria usia kerja dua kali lebih mungkin meninggal karena virus.
"Kami pikir Androgen atau hormon pria jelas merupakan pintu gerbang bagi virus untuk memasuki sel kita," tambah Prof Wambier.
Profesor tersebut telah memimpin dua studi di Spanyol.
Dengan keduanya menemukan jumlah pria dengan kebotakan pria yang tidak proporsional dibawa ke rumah sakit dengan penyakit mematikan.
Baca Juga: Bongkar Jenazah Pasien Pasitif Corona, Ilmuwan Temukan Hal Mengerikan Ini pada Tubuh Korban, Apa?
Dalam satu penelitian terhadap 122 pasien, 79 persen pria yang dites positif di tiga rumah sakit Madrid botak.
Hasil penelitian itu diterbitkan dalam Journal of American Academy of Dermatology.
Sebuah penelitian sebelumnya terhadap 41 pasien di Spanyol menemukan 71 persen korbannya adalah pria botak.
Perlu dicatat bahwa ini adalah studi skala relatif kecil dan para ilmuwan mengatakan lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Tingkat latar belakang kebotakan pada pria kulit putih pada usia yang sama dengan yang diteliti adalah antara 31 dan 53 persen - penurunan yang signifikan.
Sementara itu uji coba terpisah telah diluncurkan oleh Matthew Rettig, ahli onkologi di Los Angeles, AS, untuk menguji efek obat sujud - mengurangi kadar androgen - pada virus corona di LA, Seattle dan New York.
Studi lain di Veneto, Italia, dari 9.280 pasien ditemukan pria dengan kanker prostat yang menggunakan terapi kekurangan androgen hanya seperempat sakit karena Covid-19 dibandingkan mereka yang menggunakan perawatan lain.
Artikel ini sudah tayang di Wartakota dengan judul:PENELITIAN Terbaru Pria Botak Lebih Berisiko Meninggal karena Virus Corona, Pengaruh Hormon Androgen
Source | : | Warta Kota |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR