Bahkan ketika ada anak umur 3 tahun menangis di pelatihan main ski, para guru tidak menyuruhnya berhenti.
Para guru akan terus melatihnya main ski dan memberi tahu bagaimana caranya bangkit kalau terjatuh.
Menurut kepala sekolah TK itu, Takeshi Suzuki, banyak orang mengecam model pendidikan itu karena dianggap salah satu bentuk child abuse.
BACA JUGA: Kumpulan Foto Detik-Detik Melahirkan Ini Menjadi Bukti Ibu Adalah Pahlawan!
Namun orang-orang itu berubah pendapat setelah melihat anak-anak TK itu kembali bermain ski dengan gembira, demikian menurut sang kepala sekolah.
Selain jogging di pagi hari (yang menurut kepala sekolah adalah untuk mengembangkan otot dasar), TK itu juga mengajarkan 10 olahraga berbeda, termasuk gymnastic, basket, dan tenis.
Anak-anak TK yang lebih besar diajak untuk mendaki Gunung Fuji hingga pos ke-7, yang memakan waktu 5 jam.
"Saya ingin mengajari anak-anak ini pengalaman mendapatkan kesuksesan dan supaya mereka percaya bisa mencapai sesuatu apabila mereka mencobanya," kata Suzuki yang mendirikan TK itu pada tahun 1981.
Uniknya, TK Buddy kini menjadi amat populer di Jepang karena model pendidikannya yang khas itu.
Di kota Tokyo sudah ada 7 cabang TK Buddy.
BACA JUGA: Catat! Bahan Alami Ini Ampuh Mengubah Rambut Uban Kembali Hitam
Banyak orangtua tertarik dengan model pendidikan ala TK Buddy karena mereka juga melihat alumninya banyak yang sukses, misalnya pelari maratom Yuki Kawauchi, dan bintang sepak bola Yoshinori Muto.
Saat murid-murid TK Buddy lulus, mereka dipastikan sudah bisa headstand (berdiri di atas kepala), backflips (salto ke belakang), dan lompat jauh.
Mereka wajib melakukan itu supaya bisa lulus.
Dan sejauh 30 tahun masa berdiri TK itu, belum pernah ada yang gagal.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR