Pasien itu harus menggunakan ventilator dan mesin oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) untuk menjaga jantung dan paru-paru tetap berfungsi.
Pada awal Juni, paru-parunya menunjukkan kerusakan parah. Ia kemudian didaftarkan untuk mendapat transplantasi paru-paru ganda.
Prosedur transplantasi paru-paru ganda adalah mengganti kedua paru-paru dengan yang sehat dari pendonor yang telah meninggal.
Menurut Harvard Medical School, prosedur ini pertama kali dilakukan pada 1960-an.
Transplantasi paru memang mampu meningkatkan kelangsungan hidup dari waktu ke waktu.
Namun menurut peneliti Harvard, prosedur transplantasi paru lebih berisiko dibanding transplantasi ginjal atau jantung.
Nah, transplantasi paru-paru untuk menolong pasien Covid-19 baru pertama kali dilakukan.
Sebelum perempuan tersebut menerima prosedur transplantasi paru, hasil tes Covid-19 miliknya harus negatif.
Menurut Mayo Clinics, tranplantasi paru tidak diberikan ke pasien yang positif terinfeksi suatu penyakit.
Sebab, ketika pasien terinfeksi suatu penyakit maka konsumsi obat akan menekan sistem kekebalan pasca operasi.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR