"Ibu Ervina ini peserta BPJS Kesehatan, tapi ditolak tiga rumah sakit karena tidak ditanggung biaya rapid test dan swab," lanjut Alita.
Rupanya setelah dari RS Sentosa, Ervina berkali-kali dirujuk ke rumah sakit lain karena tidak tersedianya alat rapid test.
"RS Sentosa merujuknya ke RS Siti Hadihjah. Pihak RS Siti Hadihjah beralasan tak mempunyai alat rapid test, swab, dan operasi, kemudian kembali merujuk ke RS Stella Maris,” jelas Alita.
Lagi-lagi dengan alasan rapid test dan swab tidak ditanggung, akhirnya Vina diharuskan membayar rapid test.
Vina pun akhirnya membayar rapid test di RS Stellamaris sebesar Rp600.000.
Namun, hasil rapid test Vina dinyatakan reaktif sehingga harus melakukan pemeriksaan swab.
Untuk menjalani pemeriksaan swab, Vina harus merogoh kocek sebesar Rp2,4 juta.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR