Menurut Doni, pendidikan secara tatap muka tidak akan dihapuskan karena sudah terbukti efektivitasnya.
Dengan memaksakan semua sekolah dan perguruan tinggi belajar dengan pembelajaran jarak jauh, menurut dia, akan mendiskriminasi kelompok-kelompok tertentu yang tidak memiliki kemampuan dan akses pada sarana teknologi digital.
"Kalau pembelajaran jarak jauh nantinya dilakukan sebagai satu-satunya metode belajar, ini justru akan mempermiskin berbagai macam metode belajar yg selama ini sudah terbukti efektif membentuk karakter siswa," kata Doni.
Doni menyebutkan, hidup adalah tanggapan terhadap realitas.
Bila semua dilakukan secara daring atau online, akan ada hal fundamental yang hilang dalam pembelajaran.
Sesuatu yang hilang itu adalah sentuhan pengalaman pada realitas melalui interaksi dalam pembelajaran.
Tak bisa diterapkan untuk semua jenjang
Sementara itu, pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, pernyataan Nadiem menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh itu bisa dilakukan dengan hybrid model.
Model ini dianggapnya hanya cocok bagi sekolah kategori tertentu.
"Kalau seperti itu yang dimaksudkan dengan hybrid model, maka itu cocok untuk murid-murid SMA yang masa lalu masuk kategori favorit sehingga fasilitas sekolah cukup, fasilitas pribadi (laptop, WIFI) pun ada," kata Darmaningtyas, saat dihubungi secara terpisah, Jumat.
"Tapi kalau untuk semua jenjang pendidikan, tentu Mas Nadiem ini tidak mengerti pendidikan," lanjut dia.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR