Imbas New Normal Bagi Perempuan, Ibu Hamil, dan Menyusui
Sebelum pemerintah mulai menggalakkan era new normal, perempuan mendapat imbas yang cukup kuat, terutama dari segi kehamilan.
Hal ini karena adanya kebijakan work from home (WFH) dan berbagai aturan yang akhirnya membuat masyarakat harus berdiam diri di rumah.
Seperti data yang dikeluarkan United Nations Population Fund (UNFPA), badan PBB di bidang kesehatan seksual dan reproduksi, mengungkapkan dampak Covid-19 dalam skala besar terhadap perempuan.
Kondisi ini dikarenakan sistem kesehatan mengalami kelebihan beban, penutupan fasilitas atau hanya tersedianya pelayanan terbatas kepada perempuan dan anak perempuan.
Baca Juga: Hamil di Keadaan New Normal, Ini Nutrisi Ideal yang Perlu Diperhatikan oleh Moms
Gangguan pada rantai pasok global juga dapat berakibat pada keterbatasan ketersediaan alat kontrasepsi.
Keterbatasan tersebut akhirnya membuat angka kehamilan di seluruh dunia meningkat pesat.
Akibatnya, sebanyak 7 juta kehamilan tidak diinginkan akan terjadi jika karantina wilayah (lockdown) berlangsung hingga 6 bulan dan adanya gangguan pelayanan kesehatan.
Di mana untuk setiap rentang 3 bulan karantina wilayah, akan bertambah sekitar 2 juta perempuan yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi modern.
Meski demikian, perempuan rupanya justru memiliki peran penting dalam menjalani era new normal ini.
Hal ini diungkapkan Giwo Rubianto selaku Ketua Umum Kowani.
Mengutip dari Kompas.com, Giwo mengatakan, seorang perempuan terutama ibu memiliki kemampuan multi tasking selama masa pandemi.
Tak hanya mengurus rumah tangga, ia juga jadi guru bagi anak-anaknya yang belajar di rumah, hingga mendampingi suami.
Giwo menegaskan, "warga masyarakat termasuk perempuan merupakan sumber daya potensial dan berperan penting sebagai agen perubahan dari keberlanjutan pembangunan selama masa pandemi Covid-19."
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR