Nakita.id – Belakangan ini, penyebaran virus corona melalui udara tengah ramai diperbincangkan.
Ya, setelah sempat menyangkal temuan para ilmuwan, WHO akhirnya mengakui bahwa virus corona penyebab Covid-19 bisa tersebar melalui udara.
"Kami telah membicarakan tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai jenis transmisi untuk Covid-19," kata Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam penanganan Covid-19, dikutip dari Reuters via Tribunnews.com.
Benedetta Allegranzi, pemimpin teknis untuk pencegahan dan pengendalian infeksi WHO, juga mengatakan bahwa ada bukti yang muncul tentang transmisi virus corona lewat udara, tetapi tidak definitif.
"Kemungkinan akan adanya transmisi lewat udara di lingkungan publik, khususnya di kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, dan berventilasi buruk telah dideskripsikan, (dan) tidak bisa dikesampingkan," ujarnya, seperti dilansir Reuters, Rabu (7/7/2020).
"Namun, bukti tetap harus dikumpulkan dan diinterpretasikan, dan kami akan terus mendukung ini," sambungnya.
Baca Juga: Tak Hanya Terbukti Menyebar Lewat Udara, Ini Potensi Penularan Virus Corona yang Harus Moms Sadari
Menanggapi hal tersebut, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengungkap, virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dapat bertahan di udara selama delapan jam.
"Dia (virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19) bisa di udara itu sampai delapan jam, jadi cukup lama," kata Amin, Sabtu (11/7/2020).
"Dan terbangnya enggak cuma..., kalau droplet kan jatuh, menurut teorinya 2 meter," imbuhnya.
Amin pun menjelaskan, virus yang berterbangan di udara itu awalnya berasal dari droplet atau cipratan yang keluar dari mulut seseorang.
Cipratan tersebut kemudian menguap dan berubah wujud menjadi partikel-partikel kecil yang tetap membawa virus.
"Begitu dia terbang, sebagian dari air akan menguap, makin lama dia di udara kadar airnya akan menurun, jadi partikelnya akan makin kecil," jelas Amin.
Oleh sebab itu, risiko penularan Covid-19 melalui udara di dalam ruangan tertutup yang berisi banyak orang akan lebih tinggi, karena partikel yang mengandung virus itu hanya berputar-putar di dalam ruangan.
"Apalagi kalau di kendaraan umum misalnya ada di gerbong kereta api. Itu orang bersin di satu ujung gerbong, bisa yang ujung satu lagi bisa kena juga," kata Amin.
Untuk itu, Amin pun mengimbau masyarakat untuk tidak berbicara terlalu keras demi mengurangi potensi keluarnya droplet dari mulut saat berbicara.
"Ini juga satu rekomendasi bahwa di restoran misalnya, sekarang tidak direkomendasi lagi ada musik background yang kencang, karena dengan adanya musik yang keras itu, orang jadi bicara keras juga. Dengan bicara keras itu, lebih banyak virus yang keluar," kata Amin.
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | Kompas.com,Reuters,Tribunnews.com |
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR