Nakita.id - Hingga kini, jumlah pasien Covid-19 di Indonesia terus bertambah.
Bahkan, pandemi Covid-19 seolah belum berakhir di beberapa negara di dunia.
Vaksinnya pun belum kunjung ditemukan.
Obat dan juga penanganannya masih sangat 'abu-abu'.
Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran masyarakat terkait bahayanya dan juga kemungkinan penambahan jumlah pasien.
Ditambah lagi, pandemi Covid-19 disebut belum mencapai puncak gelombang pertama, yang artinya perjalanan masih sangat panjang.
Pernahkah Moms bertanya kapan kah pandemi ini berakhir?
Rupanya, pandemi bisa saja berakhir dengan mematuhi tiga langkah sederhana.
Hal ini dijelaskan secara terperinci, mengutip dari CNN.
Selasa, (21/7/2020), CNN menuliskan hasil studi yang telah dipublikasikan melalui jurnal PLos Medicine.
Dalam jurnal tersebut, telah diteliti bagaimana cara menghentikan pandemi dengan hal sederhana.
Tentu menanti beredarnya vaksin membutuhkan waktu yang cukup lama.
Meski efisien, namun vaksin dinilai tidak segera menyelesaikan masalah dengan waktu singkat.
Dalam jurnal penelitian tersebut, terdapat model baru yang berhasil melihat seberapa besar penyebaran penyakit dan upayanya dalam membantu menghentikan wabah pandemi.
Hal ini juga diteliti oleh University Medical Centre Ytrecht yang dilihat dari berbagai interaksi orang-orang di Belanda.
Model ini disesuaikan juga dengan negara Barat yang lain.
Menurut penelitian tersebut, "epidemi besar bisa dicegah jika kemanjuran tindakan ini melebihi 50 persen".
Dan berikut tindakan yang disebut mampu menghentikan pandemi dengan sederhana.
Pertama, mencuci tangan secara teratur.
Kedua, menggunakan masker.
Ketiga, menjaga jarak sosial satu sama lain.
Meski terus digaung-gaungkan, nyatanya langkah perlindungan pribadi tersebut justru kerap diabaikanoleh masyarakat terutama di Indonesia.
Padahal, menurut jurnal penelitian di atas, langkah pengendalian pribadi tersebut justru sangat nyata buktinya dan juga lebih efektif dibandingkan harus menunggu vaksin yang belum juga ditemukan apalagi beredar.
Tak hanya efektif, tiga langkah tersebut mampu mengurangi jumlah kasus secara signifikan, meskipun tidak dapat menunda puncak kasus.
Seirama dengan penelitian tersebut, mengutip dari Kompas.com, penelitian lain membuktikan bila langkah perlindungan diri dinilai lebih memungkinkan dibandingkan memberlakukan lockdown.
pemerintah memberlakukan lockdown atau menutup negaranya lebih awal, tetapi tidak ada yang mengambil langkah-langkah perlindungan pribadi tambahan, ini akan menunda tetapi tidak mengurangi puncak dalam kasus.
Menurut studi ini intervensi tiga bulan akan menunda puncaknya dan paling lama tujuh bulan.
Lalu, jika jarak fisik atau physical distancing yang dipaksakan pemerintah dikombinasikan dengan kesadaran terhadap penyakit dan langkah perlindungan pribadi, maka ketinggian puncak kurva akan berkurang.
Bahkan setelah pemerintah mencabut perintah menjaga jarak fisik.
"Secara praktis, ini berarti bahwa SARS-CoV-2 tidak akan menyebabkan wabah besar di negara yang 90 persen populasinya mengadopsi cuci tangan," tulis peneliti.
Bahkan dengan jarak sosial yang ditentukan sendiri, kontak dengan orang lain mungkin tidak sepenuhnya dihilangkan.
Misalnya, orang yang hidup bersama akan berinteraksi, meningkatkan kemungkinan seseorang jatuh sakit. Jadi wabah kecil masih mungkin terjadi.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com,CNN |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR