Itulah sebabnya mereka membutuhkan waktu untuk rehat dan lepas dari tekanan-tekanan itu.
“Ketika dia terus-terusan ditekan dengan tuntutan-tuntutan itu, kita bayangkan dia seperti karet, ketika ditegangkan terus-terusan,” kata Anna.
“Tapi ketika karet ini dilonggarkan, dibikin santai, di situlah anak jadi bisa lebih efektif lagi,” imbuhnya.
Tak cuma itu, membiarkan anak bermain sama saja membiarkan mereka mencari bekal untuk menghadapi tantangan kehidupan di kemudian hari.
“Kita perlu bekali supaya enggak pintar akademis saja. Tapi juga kreativitas dan karakter positifnya,” tutur Anna.
“Dia juga harus punya kemampuan bersosialisasi. Dan ini bisa dilakukan lewat proses bermain,” tukasnya.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR