Nakita.id - Orangtua adalah guru utama bagi anak, untuk itu penting untuk Moms mengajarkan segala sesuatunya kepada Si Kecil dengan cermat.
Namun, menjadi suatu tantangan ketika kita ingin menjadikan matematika sebagai hal yang menyenangkan untuk anak.
Tak jarang, orangtua nyaris menyerah membuat anaknya menyenangi matematika.
BACA JUGA: Metode Ini Cocok untuk Ajarkan Anak Agar Cepat Pintar Matematika
Dalam talk show parenting dan peluncuran buku "Montessori di Rumah: 55 Kegiatan Matematika dan "Montessori di Rumah: Aktivitas Kegiatan Matematika" pada Sabtu (6/1/2018) lalu, pendiri IndonesiaMontessori.com Elvina Lim Kusumo membahas hal ini dengan gamblang.
Perempuan yang menggeluti pendidikan bidang Montessori ini menjelaskan, anak kesulitan mempelajari matematika karena otak mereka sudah penuh dengan hafalan.
"Sains, utamanya matematika menjadi hal yang berat karena anak itu dipaksa untuk menghafal.
Aku merasa gak adil di saat anak masih berusia 6 tahun, mereka langsung dihadapkan dengan hal abstrak tanpa tau apa dasarnya", kata Elvina memulai diskusinya.
Sebagai contoh, anak bingung membedakan konsep angka tiga dengan bola berjumlah tiga buah.
BACA JUGA: Agar Tak Ganggu Tumbuh Kembang Janin, Ini 2 Posisi Tidur yang Tepat
Hal ini yang mendorong Elvina bersama suaminya, menerapkan 70 persen metode Montessori kepada anaknya Caleb Kusumo sejak dini.
Diakuinya, Caleb sudah terbiasa belajar berhitung dengan eksperimen yang menyenangkan.
"Karena metode yang aku ajarkan ini, Caleb udah menyukai linguistik sejak usianya masih 3 tahun. Untuk itu, penting untuk ibu tahu kapan periode sensitif si anak suka sama sesuatu. Sesuatu inilah yang nantinya bisa digali lebih lanjut", tambah Elvina.
Elvina menuturkan, umumnya anak akan mulai tertarik dengan matematika di usia 3-4 tahun.
Sementara, anak akan siap menerima hal yang logis ketika sudah menginjak usia 7 tahun.
Elvina juga menegaskan, setiap anak berbeda oleh karenanya jangan memaksakan anak untuk menyukai sesuatu yang belum siap ia terima.
BACA JUGA: Bertengkar Di depan Anak, Bisa Memicu Bipolar Pada Si Kecil.
"Biar anak fokus, combine sama kegiatan outdoor di alam misal sambil ngehitung burung di langit"
"Jangan terdoktrin bahwa belajar itu harus duduk diam, karena anak baru bisa duduk kalem itu pas 6 tahun sisanya masih playing time", tegas Elvina mengingatkan.
Tak kalah penting, lakukan dengan perlahan agar anak menikmati setiap prosesnya.
Bagaimana Moms? Sudah siap belajar sambil bermain dengan Si Kecil? (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR