Nakita.id - Saat ini pemerintah Indonesia sedang sibuk menyerukan gerakan ORI (Outbreak Renpose Imunisasion) sebagai langkah menghadapi dan mengatasi KLB difteri yang terjadi sepanjang tahun 2017 kemarin.
dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc, Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Indonesia mengatakan, salah satu penyebab KLB difteri terus berulang adalah karena tidak ada atau tidak lengkapnya imunisasi pada sejumlah orang.
“Karena setiap tahun selalu ada anak baru, juga ada anak baru tidak imunisasi setiap tahun. Jadilah difteri terus dan terus berulang KLB di Indonesia,” jelasnya.
Padahal Jane menjelaskan bahwa difteri hanya bisa dicegah melalui imunisasi.
Memang hingga sampai saat ini perdebatan antara pro vaksin dan antivaksin masih kerap terjadi.
Ada beberapa orang yang menganggap bahwa vaksin tidak diperlukan karena bisa digantikan dengan hal yang lebih alami seperti ASI.
Selain itu ada pula beberapa orang yang takut dengan efek samping vaksin yang disebut-sebut dapat membuat anak menjadi autis.
Bahkan, ada pula beberapa orang yang mengkaitkan vaksin dengan urusan halal dan haram di dalam ketentuan agama.
BACA JUGA: Sekolah Tempat Penularan Difteri. Kemenkes Wajibkan Vaksin Sebagai Syarat Masuk Sekolah
Jane melihat, sebenarnya fenomena antivaksin seperti ini sudah ada sejak lama.
Hanya saja, dahulu antivaksin tersebut tidak dapat mempengaruhi orang lain karena keterbatasan akses informasi. Tetapi kini mereka dengan mudahnya dapat memengaruhi orang lain karena kekuatan media sosial.
Memang ada sekelompok orang yang dengan alasan kepercayaan atau dagang memengaruhi banyak orang (untuk tidak vaksin).
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR