Dalam jangka panjang, dampaknya adalah anak jadi mudah gelisah, tidak percaya diri, dan rentan terhadap intimidasi.
BACA JUGA: Jangan Lupa Coba Potato and Onion Cream Soup untuk Sarapan Istimewa
Ketiga, Moms dan Dads harus melihat kemampuan anak dalam menjalankan instruksi.
Bisa jadi anak tidak menurut karena bingung atau tidak paham apa yang harus dilakukan. Karenanya, contoh yang baik dan konsisten dari orangtua merupakan kunci dari terbangunnya disiplin pada anak.
Keempat, konsistensi juga berlaku pada penerapan aturan. Bukan berarti agar anak merasa disayang ia boleh tidak ikut aturan dan dikabulkan semua keinginannya. Bagaimanapun anak harus belajar berempati, mengalah pada orang lain yang lebih berhak, mau menunggu dan mengantre, cuci kaki dan gosok gigi sebelum tidur, berdoa sebelum makan, dan sebagainya yang merupakan hal positif.
Kelima, jika anak dengan sengaja melanggar aturan, orangtua tidak perlu marah berkepanjangan, tetapi berlakukan konsekuensi dari perilaku anak tersebut.
Penghapusan atau pengurangan kesenangan biasanya efektif dijadikan konsekuensi bagi perilaku anak yang tak diharapkan.
MENGHADAPI SI PEMBANTAH
Lalu bagaimana jika anak membantah perintah orangtua atau justru balik membentak?
Setelah mampu berkata "tidak" anak pada dasarnya memiliki otonomi diri untuk menentukan kemauannya.
Ia tidak akan bersedia begitu saja tunduk terhadap perintah.
Sikap ini sebetulnya merupakan perkembangan wajar dari seorang anak.
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR