*Yang perlu dihindari
- Berhubungan seks
Meski belum ada temuan ilmiah yang membuktikan seks berbahaya setelah transfer embrio, Anda dan pasangan sebaiknya tetap menghindari hal ini.
Pasalnya, kontraksi rahim akibat orgasme merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan.
- Buru-buru melakukan tes kehamilan
Usai transfer embrio dilakukan, mungkin Anda dan pasangan tidak sabar untuk segera mengetahui hasilnya.
Namun, keinginan tersebut sebaiknya ditahan terlebih dahulu.
“Diperlukan waktu hingga beberapa minggu sejak hari transfer sampai sel-sel plasenta mulai memproduksi cukup hormon yang dikenal sebagai human chorionic gonadotropin (hCG) untuk dideteksi dengan tes darah,” ujar dr. Aida.
- Mengabaikan gejala yang mengganggu
Beberapa setelah transfer embrio, pasien mungkin akan mengalami gejala-gejala tertentu, salah satunya sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS).
Adapun gejala yang bisa timbul dari OHSS, antara lain sakit perut, perut kembung, mual, dan muntah.
“Gejala ini bisa ringan, tetapi juga bisa memburuk dengan sangat cepat jika calon ibu memiliki kasus sindrom yang serius. Jadi, apabila para calon ibu tiba-tiba merasakan sakit parah di perut, jangan anggap sepele. Segera hubungi dokter atau klinik kepercayaan Anda,” ucap dr. Aida.
- Bed rest total
Beristirahat total di tempat tidur pasca proses transfer embrio tidak dianjurkan oleh para dokter.
Ya, usai melakukan proses bayi tabung, para pasien justru dianjurkan untuk kembali melakukan aktivitas sehari-hari agar pikiran lebih rileks dan santai.
Penulis | : | Ratnaningtyas Winahyu |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR