Tabloid-nakita.com. Menurut Psikolog Ellen Susila, MPsi., dari RSIA Grand Family- Pantai Indah Kapuk, perasaan cemburu si batita pada kakak biasanya muncul karena anak merasa tidak cukup baik, tidak cukup dikasihi, atau tidak yakin apakah dia akan diterima atau akan disayang oleh orangtuanya.
Kecemburuan juga didefinisikan sebagai ancaman akan kehilangan sesuatu yang berharga karena orang lain atau rival. Kecemburuan ini hanya dapat muncul dalam sebuah hubungan yang dekat dan dianggap berharga. Biasanya objek kecemburuan dalam kasus ini adalah kasih sayang dan perhatian dari orangtuanya.
Oleh karena itu, seorang anak batita pun bisa merasakan perasaan cemburu karena pada tahapan usia ini, mereka berada pada fase egosentris. Batita menilai dirinyalah yang seharusnya menjadi pusat perhatian. Ia juga merasa dirinya paling penting. Alhasil, bila anak ini tidak menjadi pusat perhatian, muncul rasa cemburu dengan orang sekitarnya. Bahkan ia bisa menunjukkan perilaku agresif sebagai perwujudan rasa amarah atau kesal karena cemburunya itu.
Untuk reaksi kecemburan si batita bisa macam-macam, seperti:
1. Si adik tidak suka dengan kehadiran si kakak. Wujudnya bisa berupa si adik jadi ngisengin si kakak, si kakak diadukan yang tidak-tidak kepada orangtunya, atau si adik jadi menyakiti kakaknya dengan memukul, mencubit, dsb.
2. Hal-hal sudah biasa dlakukan sendiri oleh si batita, sekarang tidak mau dilakukannya lagi. Dulu sudah bisa makan sendiri, sekarang selalu minta disuapi, umpamanya.
BELAJAR MEMATANGKAN EMOSI
Kabar baiknya, cemburu batita pada kakak masih tergolong wajar. Pasalnya, kecemburuan seperti ini merupakan suatu fase bagi anak untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih matang, terutama dalam hal emosi. Dengan kejadian seperti ini, batita akan belajar bagaimana menyelesaikan masalah ketika terjadi konflik dengan saudara kandungnya.
Meski demikian, kecemburuan si kecil perlu dikendalikan agar tetap pada tatanan wajar. Untuk itu, ketika si adik tampak menunjukkan rasa cemburunya pada sang kakak, ada hal-hal yang dapat dilakukan Mama Papa, yaitu;
- Ketika konflik antara adik-kakak terjadi, tidak perlu terburu-buru membantu menyelesaikannya. Amati dulu apa penyebab konfliknya.
- Biarkan keduanya mencoba menyelesaikan konfliknya sendiri.
- Bila kondisi makin memanas, pisahkan anak terlebih dahulu.
- Biarkan keduanya tenang beberapa saat. Berapa lama waktunya tentu bervariasi bergantung pada karakter masing-masing anak.
- Setelah keduanya tenang, ajak mereka berdiskusi dan ketahui apa yang menjadi sumber masalah kecemburuan itu.
- Jelaskan bahwa dua-duanya memberikan kontribusi dalam konflik yang terjadi.
- Bila kondisi sudah lebih tenang, berikan nasihat kepada si kakak dengan cara baik-baik dan tidak di depan si adik. “Kakak tidak perlu pamer terus ke adik kalau punya sepeda baru, mending Kakak ajak Adik bermain bersama dengan sepeda baru. Nanti Kakak yang dorongin sepedanya, ya”.
- Begitu juga pada sang adik. Jelaskan kenapa kakak diberi hadiah sepeda. Kenapa dirinya belum mendapat sepeda seperti kakak. Lalu, ajak ia untuk bermain dengan sang kakak.
Tentu kita sepakat bila dalam mengatasi konflik antara adik-kakak, peran orangtua sangatlah penting. Nah, salah satu pemicu kecemburan antarsaudara adalah membandingkan-bandingkan kakak dan adik. Padahal sebagai orang dewasa, kita juga merasa tidak nyaman kalau dibandingkan dengan orang lain, bukan? Maka, setiap orangtua harus sadar bahwa ketika pembandingan antarsaudara itu terjadi, biasanya bisa menjadi bibit rasa cemburu pada anak.
Untuk itu setiap kali batita menunjukkan rasa cemburunya pada kakak, atau sebaliknya, lakukan introspeksi diri, apakah sikap menganakemaskan ada pada diri kita. Kalau memang benar ada, kita harus sadar mengenali dan mengakuinya.
Tak hanya memberi perhatian, kita juga perlu mendengarkan serta menghargai pendapat dari setiap anak tanpa menghakimi. Alhasil, adik dan kakak merasa dihargai oleh orangtua dan rasa cemburu kepada saudaranya pun akan lebih berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
(Santi Hartono/ Foto: thealphaparent.com)
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR