Nakita.id – Penyakit kanker yang mematikan terkadang tidak mengenal usia dan jenis kelamin.
Angka kejadian pun cukup tinggi pada tahun 2012 yakni sebnayak 14,1 juta kasus kanker baru, 8,2 juta kematian akibat kanker, dan 32,6 juta pasien kanker dalam 5 tahun diagnosis di dunia, menurut WHO.
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, di Indonesia tingkat prevalensi kanker telah mencapai 1,4 per seribu jiwa atau setara dengan 347.792 orang.
BACA JUGA : Waspada, Gejala Kanker Kelenjar Getah Bening Seperti Aldi Taher Ini Sering Tak Disadari
Secara umum, pengobatan yang bisa menyembuhkan kanker ini ialah dengan kemoterapi.
Ada juga yang menggunakan transplatasi atau pemindahan organ, maupun radiasi.
Namun, saat ini sudah ada inovasi terkini terkait pengobatan kanker dengan terapi bertarget, terutama bagi penderita kanker Limfona Hodgkin atau kanker kelenjar getah bening.
Seperti apa metode pengobatan tersebut?
Terapi bertarget bagi penderita kanker kelenjar getah bening ini disebut juga dengan Antibody Drug Conjugate (ADC).
Pada kanker kelenjar getah bening, ada sekitar 20% dari pasien mengalami relaps (kambuh kembali) atau refrakter (tidak memberikan respon) saat diberikan kemoterapi awal.
Penyembuhan pasien dengan kondisi tersebut bisa lebih sulit.
Hal tersebut diungkapkan Dr. dr. Dody Ranuhardy, SpPD-KHOM, MPH, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik (PERHOMPEDIN) di acara Media Gathering Mengenal Kanker Limfoma Hodgkin dan Inovasi Terapi Baru di Hotel Gran Melia (17/01/2018).
BACA JUGA : Kenali Gejala Kanker Tenggorokan, Penyebab Suami Celine Dion Meninggal
“Antibody Drug Conjugate (ADC) ini dapat membantu mengirimkan agen yang kuat ke sel kanker yang menjadi target terapi ini, sekaligus meminimalisir paparan kepada sel yang tidak ditargetkan”, ungkap dokter Dody.
Jadi, ADC ini tidak seperti kemoterapi yang menyeluruh Moms. Metodenya lebih spesifik pada sel target, khususnya bagi pasien Limfoma Hodgkin dengan kondisi relaps.
ADC ini pun memberikan efek samping yang bisa ditoleransi.
Lama pengobatannya biasanya tergantung pada kondisi pasien.
Umumnya, dilakukan selama 3 minggu sekali sebanyak 6 hingga 8 kali.
Negara yang menggunakan ADC pertama kali dan semakin berkembang hingga kini ialah Amerika Serikat.
BACA JUGA : Haru! Begini Kisah Cinta Celine Dion Hingga Suami Meninggal Karena Kanker
Di Indonesia, menurut dokter Dody, ahli Hematologi dan Onkologi atau dokter yang ahli menangani kanker baru sedikit jumlahnya.
Diperkirakan masih belum sampai 100 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.
Menurutnya, hal itu lah yang menjadi kendala dari penanganan kasus kanker di Indonesia, selain karena pasien kanker yang telah stadium lanjut yang baru memeriksakan kesehatannya.
Oleh karena itu, terobosan baru berupa inovasi pengobatan terapi bertarget ini sangat membantu penyembuhuan pasie kanker, khususnya kanekr kelenjar getah bening.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Anisyah Kusumawati |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR