Kotornya Bisa Setara dengan Jamban, Contek 5 Trik Ini Supaya Talenan di Dapur Enggak Jadi Sarang Kuman!
Nakita.id - Perkakas dapur yang tak boleh dilewatkan untuk dimiliki salah satunya yaitu talenan.
Talenan bahkan bisa kotor jika terlalu sering digunakan bahkan bisa saja jadi sarang bakteri.
Tak tanggung-tanggung, penelitian mengungkap kalau talenan 200 kali lebih kotor dibandingkan dengan jamban.
Dijelaskan bahwa jumlah bakteri yang ada pada talenan rata-rata 24.250 per centimeter persegi.
Meskipun kita rajin mencuci talenan dengan sabun, hal tersebut pun ternyata tak akan membuat talenan bersih sepenuhnya.
Kebersihan yang buruk di dapur menjadi tempat favorit berkembangnya bakteri salmonella, e-coli, dan campylobacter.
Bakteri semacam itu menjadi menjadi penyebab paling umum dari penyakit pada pencernaan, yang membuat orang bisa menderita muntah-muntah, kram perut dan diare.
Dr Lisa Ackerley, dari The Hygiene Doctor, mengungkapkan kesalahan umum yang kerap terjadi saat mencuci talenan dengan cara yang salah dan tidak menggantinya secara teratur.
Pengujian menggunakan bubuk yang dirancang khusus menunjukkan bagaimana bakteri bersembunyi pada goresan di permukaan talenan, dan berpindah ke dalam bahan makanan.
“Dengan tidak mengganti talenan secara teratur, ini akan berisiko,” ujar Ackerley.
Ackerley menambahkan, para peneliti di Inggris mengaku terkejut melihat fakta masyarakat di sana mengganti talenan setelah lima tahun.
Baca Juga: Tak Disangka! Talenan yang Dipakai Terlalu Lama, Ternyata Lebih Kotor daripada Toilet, Kok Bisa?
Sebuah survei terhadap lebih dari 2.000 orang di Inggris oleh Sainsbury's Home, menemukan 40 persen orang menggunakan talenan yang sama untuk daging dan sayuran.
Daging mentah, khususnya ayam mentah, dapat meninggalkan jejak salmonella dan campylobacter yang menyebabkan keracunan makanan.
Sebanyak 1:10 orang Inggris bahkan tidak menggunakan talenan saat mengiris daging, yang berarti kuman bisa menyebar ke seluruh meja dapur.
Demi mengatasi hal ini, Lisa Ackerley memberikan tips untuk menjaga talenan agar bebas dari kuman.
Baca Juga: Cara Membersihkan Talenan Plastik yang Hitam dan Kena Noda, Mudah!
1. Pikirkan sebelum menggunakannya
Sebelum menggunakan talenan, pikirkan kembali riwayatnya. Apakah sering digunakan untuk mengiris daging mentah atau tidak.
Terlebih jika kamu ingin mengiris makanan siap santap seperti roti lapis atau chicken katsu.
2. Jangan gunakan kain untuk membersihkan talenan
Membersihkan pakaian dengan kain tidak akan menghilangkan sisa makanan di atasnya.
Penelitian telah menunjukkan bahwa lap dapur sering kali menjadi benda paling kotor di rumah.
Baca Juga: Jauhi Risiko! Selain Talenan Moms Perlu Ganti Benda Ini Secara Berkala
Jika kamu membersihkan setelah mengiris daging mentah, unggas atau sayuran, sebaiknya hindari menggunakan kain karena bakteri dapat mencemari kain.
Bakteri tersebut kemudian menyebar ke seluruh dapur saat kamu menggunakan kain tadi untuk membersihkan permukaan lainnya.
3. Bersih artinya bersih secara higienis
Desinfektan adalah kunci saat kamu membersihkan dapur, terutama talenan.
Gunakan pembersih antibakteri yang aman untuk makanan, dan semprotkan pada permukaan talenan.
Biarkan terendam selama sekitar lima menit, lalu bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan tisu.
Baca Juga: Sekejap Langsung Kinclong, Ini Dia Tip Membersihkan Talenan
4. Pisahkan penggunaan talenan
Saat menyiapkan makanan, penting untuk menggunakan talenan terpisah untuk makanan mentah dan makanan siap makan.
Cara termudah untuk menghindari kebingungan adalah dengan menandai talenan.
Kamu bisa menggunakan label tulisan, atau memilih talenan dengan warna yang berbeda.
Baca Juga: Siapa Sangka, 5 Alat Dapur yang Sering Digunakan Ini Beracun Moms!
5. Gantilah secara teratur
Jika talenan sudah terlihat usang dan tergores, kamu harus menggantinya.
Sebab, ketika talenan sudah banyak tergores, akan sulit dibersihkan dari bakteri yang tersembunyi.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul:Talenan Lebih Kotor daripada Alas Jamban, Simak Cara Menyiasatinya
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR