Nakita.id - Moms pasti merasa khawatir saat mengonsumsi makanan seperti bakso, tempe maupun tahu.
Apalagi jika makanan tersebut harus disajikan untuk keluarga dan Si Kecil.
BACA JUGA: Kaki Putra Stefan William Jadi Perdebatan Warganet, Duh Kenapa Ya?
Pasalnya, banyak isu yang berkembang menyebutkan bahwa produk pangan seperti bakso, tempe dan tahu dipasaran yang mengandung pengawet.
Bukan main-main, bahan pengawet yang digunakan pun sejenis formalin dan boraks yang dikenal sebagai bahan pengawet berbahaya.
BACA JUGA: Fakta Mengejutkan! 9 Artis Bollywood ini Ternyata Pernah Depresi
Namun Moms bisa lebih tenang sekarang.
Dilansir dari Tribunnews.com, dua siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bengkulu, Sumaria Desi dan Citra Kurnia Sari, menciptakan alat sederhana untuk mendeteksi kandungan boraks dan formalin dalam makanan.
BACA JUGA: Duh, Mata Bengkak dan Tak Bisa Dibuka Setelah Ekstensi Bulu Mata
"Kami melihat saat ini makanan dan jajanan, seperti diberitakan media, banyak dicampur dengan boraks dan formalin oleh pedagang tak bertanggung jawab, maka muncullah ide membuat alat pendeteksi boraks dan formalin karena dua bahan ini sering disalahgunakan," kata Citra.
Dia lalu menegaskan bahan baku pendeteksi boraks dan formalin berasal dari tumbuhan alami.
BACA JUGA: Niat Balas Budi! Buku Harian Gadis ini Bikin Nangis, lihat Isinya Moms
Pendeteksi boraks dan formalin karya siswi MAN 2 Kota Bengkulu ini sangat sederhana, yakni lidi atau tusuk gigi berbahan dasar bambu yang banyak tersedia di pasaran.
"Tusuk gigi itu kami baluri selama 30 menit dengan kunyit yang sebelumnya telah dihaluskan," kata Sumaria.
BACA JUGA: Kulit Pangsit Rebus dan Goreng Bikin Sendiri Ini Bikin Nggak Kepingin Makan Mi di Luar
Tusuk gigi yang telah dibaluri oleh kunyit dan beberapa bahan alami lain tersebut, apabila tersentuh dengan bahan makanan mengandung boraks dan formalin akan berubah warna menjadi merah bata.
6 Tips Membujuk Anak Agar Nyaman Menjalani Pemeriksaan dan Perawatan Saat Sakit
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR