Sedangkan demam, 68 persen lebih mungkin terjadi pada anak-anak dengan hasil tes positif Covid-19.
Peneliti juga mengungkap, pada anak-anak yang kehilangan penciuman dan indera perasa, ditambah dengan sakit kepala dan sakit perut, kemungkinan hasil tes positif terinfeksi virus corona 65 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dan remaja tanpa gejala tersebut.
Anak-anak berusia 4 tahun dan lebih muda lebih mungkin mendapatkan hasil tes negatif, sedangkan remaja berusia 13 hingga 17 tahun lebih mungkin mendapatkan hasil tes positif.
Baca Juga: Tak Kalah Penting, Ini Cara Menjaga Kesehatan Mental Remaja Selama Pandemi Covid-19
"Mengingat tingginya proporsi anak-anak dengan SARS-CoV-2 yang asimtomatik, tidak mungkin strategi skrining gejala dapat mencegah setiap anak dengan infeksi SARS-CoV-2 untuk lolos masuk sekolah," Dr. Nisha Thampi, seorang dokter spesialis penyakit infeksi anak di Rumah Sakit Anak Ontario Timur.
Oleh karena itu, Thampi menekankan, langkah-langkah kesehatan dan keselamatan berbasis sekolah di luar skrining – termasuk menjaga jarak fisik, mencuci tangan, memakai masker, peningkatan ventilasi dan kesempatan belajar di luar ruangan - memainkan peran penting dalam mencegah penyebaran infeksi virus corona ketika belajar di sekolah aktif kembali.
Untuk itu, Moms harus terus mengingatkan si Kecil agar #IngatPesanIbu dan tetap menerapkan 3 M yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspadai, Gejala Virus Corona pada Anak yang Paling Sering Muncul"
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR