"Biasanya hal ini terjadi di malam hari dan saat anak-anak tidur, dengan usia anak lebih dari lima tahun." ujar Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K), Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM dalam webinar bertajuk “Jangan Diamkan Nokturia dan Nokturnal Enuresis” yang diselenggarakan oleh Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dan Indonesian Society of Female Functional Urology (INASFFU), Jumat (18/12/2020).
"Mungkin kejadiannya cukup sering namun tidak banyak dibicarakan, namun banyak mitos yang beredar dan belum dilihat dari sisi medis." tambahnya.
Enuresis pada anak juga dibagi menjadi dua yaitu primer yang di mana sudah menetap sejak lahir, dan sekunder yang bisa kambuh kembali sekurang-kurangnya enam bulan sejak tidak mengompol.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Jangan Melabel Anak 'Tukang Ngompol', Ini Cara Tepat Agar Si Kecil Tak Terus Mengompol
"Primer, itu di mana pada usia 0-5 tahun enuresis ini akan terus berlangsung, sedang sekunder, sempat anak itu tidak mengompol di malam hari, lalu beberapa bulan kemudian mereka mengompol lagi." tegas Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K).
Biasanya bisa saja itu terjadi karena adanya gangguan emosi, gangguan sosial, menurunnya kepercayaan diri, gangguan tidur, hingga potensi gangguan kesehatan pada anak.
Bahkan Si Kecil juga cenderung bisa menarik diri dari lingkungan karena kurangnya percaya diri.
Baca Juga: Anak Sudah Besar Tapi Masih Suka Ngompol? Jangan Khawatir Moms, Begini Cara Mudah Mengatasinya
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR