"Mungkin, jadi kalau sudah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya jadi harus dicari penyebabnya," ucap Dr. dr. Andon Hestiantoro dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, SpOG, (K), MPH, dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, dalam peliputan khusus yang dilakukan Nakita.id, Kamis, (07/01/2021).
Senada dengan pendapat Dr.dr Andon, salah seorang ahli dari rumah sakit terkenal di Jakarta Selatan juga mengungkapkan, preklamsia bisa terulang kembali.
Maka ia menyarankan, sebelum hamil kembali Moms yang memiliki riwayat preeklamsia melakukan persiapan dan pencegahan terlebih dahulu.
"Bisa Moms, karena salah satu dari faktor risiko untuk penyebab preeklamsia pada ibu hamil adalah riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya. Sehingga perlu dilakukan persiapan dan pencegahan serta deteksi dini untuk menghindari risiko berulangnya kejadian preeklamsia pada kehamilan berikutnya," ungkap dr. Ratna Lestari Habibah dari Brawijaya Hospital Antasari, Jakarta Selatan, dalam wawancara mendalam bersama Nakita.id, Kamis, (07/01/2020).
Apakah masalah kehamilan preeklamsia ini bisa diobati?
dr. Ratna juga menjelaskan, preeklamsia yang ringan tentu saja bisa diobati dengan berbagai obat untuk menjaga tekanan darah agar tetap normal.
"Tentu saja Moms, jika kondisi preeklamsia yang ringan dapat dikelola dengan obat-obat oral untuk mengendalikan tekanan darah, kemudian kontrol teratur lebih sering daripada kehamilan biasa, diet rendah garam, banyak konsumsi protein dan air putih sampai bayi cukup matang untuk lahir," ungkap dr. Ratna.
Namun, apabila gejala preeklamsianya berat dan bayi sudah cukup untuk dilahirkan biasanya dokter akan menyarankan agar Moms melaksanakan proses persalinan lebih cepat.
"Jika sudah mendekati taksiran persalinan dan bayi dipertimbangkan telah berkembang dengan baik dan terdapat fasilitas penanganan perinatologi memadai telah dipersiapkan, maka akan disarankan untuk melahirkan bayi segera apalagi Moms dengan preeklamsia berat atau terdapat tanda-tanda perburukan kondisi Moms," tambah dr. Ratna.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR