Nakita.id – Setiap orangtua pasti mengininkan anaknya tumbuh menjadi anak yang pintar, berbakti, dan memiliki perilaku sosial yang baik.
Begitu juga dengan kesehatannya, Moms pasti menginginkan anak untuk selalu dalam keadaan sehat, fisik dan mental, serta tidak kekurangan suatu apapun.
Namun ada saja anak yang mungkin berpotensi menjadi anak yang pemarah, egois, ataupun menyimpang.
BACA JUGA: Perawat Pria Pelaku Pelecehan Seksual Ditetapkan Sebagai Tersangka
Padahal, cara anak menghadapi seuatu masalah atau konflik ternyata juga berpengaruh pada kesehatannya dalam jangka panjang, Moms.
Dilansir dari kompas.com, menurut sebuah studi, anak yang pemarah dan kurang bisa bergaul dengan teman sebayanya akan lebih rentan menderita penyakit saat dewasa.
Tim dari University of Virginia, AS, melalukan sebuah penelitian tentang hal tersebut.
Menurut penelitian itu, anak-anak yang selalu berkonflik dengan teman sebayanya dan sering kali tidak bisa diselesaikan dengan baik berisiko menderita berbagai masalah kesehatan, termasuk penuaan dini dan radang sendi (arthritis).
Dikutip dari sebuah penelitian berjudul “The Body Remember”, terdapat data yang mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara orang dewasa yang masa kecilnya memiliki konflik sosial serta belum terselesaikan dengan baik, dibanding orang yang dapat menyelesaikan konfliknya.
Kedua kelompok orang dewasa tersebut diteliti pada saat usia yang sama, yaitu usia 28 tahun.
Pada orang dewasa yang tidak bisa menangani konflik, peneliti menemukan interleukin-6 dalam aliran darah mereka.
BACA JUGA: Hindari 3 Minuman Ini Usai Berolahraga. Membuat Olahraga Jadi Percuma
Interleukin-6 adalah protein yang umumnya terkait dengan osteoporosis, tumor, kanker, arthritis, dan berbagai masalah medis lainnya.
Sedangkan anak yang mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik cenderung memiliki interleukin-6 lebih rendah.
"Orangtua sering menganggap bahwa masalah anak atau anak yang berkonflik dengan temannya sangat sepele, tak berarti apa-apa dan akan berlalu begitu saja.
Namun, penelitian ini mengatakan bahwa hubungan tersebut tidaklah sepele," ujar Joseph Allen, Profesor Psikologi di University of Virginia dan penulis utama studi tersebut.
Penelitian ini dilakukan dalam jangka panjang, di mana Allen dan timnya melakukan penelitian pada 127 siswa sekolah menengah pada tahun 1988.
Responden ditanya bagaimana mereka menyelesaikan konflik yang dialami.
Peneliti juga mengamati cara mereka bergaul dengan teman-temannya untuk melihat seperti apa interaksi mereka.
Terakhir, para peneliti mengambil sampel darah ketika responden berusia 28 tahun.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa anak yang menangani masalah dengan reaksi buruh seperti marah memiliki risiko lebih tinggi memiliki interleukin-6 daripada siswa yang mampu menghindari atau menyelesaikan masalah dengan teman mereka.
BACA JUGA: Baby Sitter Tak Punya Hati, Tega Lakukan kekerasan Pada Bayi
Allen menyarankan agar orangtua lebih peka ketika anak memiliki masalah dengan teman.
Bagi orang dewasa mungkin suatu masalah tersebut terlihat kecil atau sepele, namun memiliki efek pada anak yang bisa berdampak jangka panjang, termasuk berpengaruh pada kesehatannya kelak.
Untuk itu, sebaiknya Moms dan Dads mengajarkan pada si kecil mengenai sikap sabar dan cara menangani konflik sejak dini.
Si kecil bisa diberi pengertian dan penjelasan mengenai sebab-akibat dari apa yang ia lakukan.
Ajari juga anak untuk bergaul dan berteman dengan siapa saja secara baik-baik tidak membuat masalah.
Anak juga perlu diajari untuk meminta maaf bila berbuat salah dan berterima kasih untuk setiap kebaikan orang lain.
Dengan begitu Moms bisa melakukan antisipasi sejak dini agar anak tidak menjadi seseorang yang pemarah dan menjaga kesehatannya hingga dewasa nanti. (*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR