Hal ini sejalan dengan hasil studi Unilever Indonesia dan Sustainable Waste Indonesia (SWI).
Terungkap bahwa lebih dari 80% sampah plastik yang terkumpul di Pulau Jawa berasal dari pemulung, sedangkan 20% sisanya berasal dari bank sampah, TPS3R dan penampung sampah plastik lainnya.
Namun sayangnya, sebagian masyarakat kerap menyematkan stigma negatif kepada pemulung sebagai masalah sosial yang mesti segera diatasi sehingga kehadiran mereka kerap mendapatkan tentangan.
Baca Juga: Dengan Bantuan Pemulung, Aplikasi Ini Membantu Masyarakat Membuang Sampah Plastik Secara Mudah
“Tantangan yang dihadapi oleh para pemulung semakin berat ketika pandemi. Mereka seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit sehingga pekerjaan pun jadi terhalang," jelas Prispolly Davina Lengkong selaku Ketua Umum PPIM.
Tak hanya itu, banyaknya pembatasan juga membuat para pemulung sulit bermobilisasi.
Belum lagi sebagian besar perumahan masih ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19.
"Untuk dapat terus menyambung hidup dan berkontribusi dalam mengurai permasalahan sampah, mereka membutuhkan dukungan dari kita semua,” tambah Prispolly.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR